Sebagian besar generasi muda Tionghoa di Jawa Timur tidak bisa berbahasa Tionghoa. Tak hanya bahasa Mandarin, yang kini makin berkembang menjadi bahasa internasional, dialek lokal pun tak dikuasai anak-anak muda Tionghoa, khususnya yang lahir di atas tahun 1970.
Bisa dimaklumi, karena pada masa Orde Baru itu bahasa dan budaya Tionghoa memang dilarang keras oleh pemerintah. Akibatnya, para orang tua enggan mengajarkan bahasa Tionghoa kepada anak-anaknya.
"Bahkan, banyak orang tua yang juga tidak menguasai bahasa Tionghoa. Lha, bagaimana dia bisa mengajar anak-anaknya," kata Ira Puspasari, pengurus Fuqing Muda Surabaya, yang saya hubungi via telepon.
Karena itu, Ira dan pengurus Fuqing Muda belum lama ini membuka kursus bahasa Fuqing alias Hokchia di Yayasan Fajar Mulya, Jalan Jaksa Agung Suprapto 39-41 Surabaya. Menurut Ira, Fuqing atau Hokchia terletak di Provinsi Fujian, Tiongkok, dekat Kota Fuzhou.
Cukup banyak warga keturunan Tionghoa di Indonesia yang leluhurnya berasal dari Fuqing. Mereka kemudian membentuk perkumpulan yang masih eksis sampai sekarang. Salah satu tokoh Fuqing terkenal adalah mendiang Liem Sioe Liong. Kemudian Alim Markus, bos Maspion Group, di Surabaya.
Nah, di masa lalu, para orang tua membiasakan anak-anaknya berbicara dalam bahasa daerah Fuqing di lingkungan keluarga. Dialek selatan Tiongkok itu juga dipakai dalam acara-acara sosial budaya masyarakat keturunan Fuqing di tanah air. "Tapi perlahan-lahan bahasa Fuqing ini makin tenggelam di Surabaya karena memang tidak dibiasakan di rumah. Kalau orang-orang tua sih masih lancar," kata Ira.
Ira dan kawan-kawan khawatir suatu ketika bahasa Fuqing ini hilang dari Jawa Timur jika generasi muda keturunan Fuqing tidak mau mempelajarinya. Begitu pula nasib bahasa-bahasa lokal lain seperti Hakka atau Kanton.
"Belajar bahasa Mandarin jelas sangat penting. Tapi bahasa Fuqing dilupakan," tegas Ira.
Saat ini kursus bahasa Fuqing digelar setiap Rabu malam di markas Fuqing Muda. Anak-anak muda dilatih percakapan dan aksara Tionghoa. "Peminatnya lumayan banyak meskipun tidak sebanyak bahasa Mandarin," kata Ira lantas tertawa kecil.
Dengan belajar bahasa Fuqing, menurut Ira, anak-anak muda sekaligus bisa melestarikan budaya leluhurnya.
Sumber : http://hurek.blogspot.com/