Celana dalam juga disebut “Baju Dalam”, “Lingerie”, atau sering juga disebut “Pakaian Intim” di dalam keturunan Inggris didefinisikan sebagai kain yang dipakai di atas lapisan kulit atau di dalam lapisan pakaian luar lainnya.
Sejarah Kuno
Cawat adalah bentuk yang paling sederhana dalam pakaian, dan bahkan mungkin merupakan pakaian pertama dalam manusia sejak 6000 tahun yang lalu. Cawat memiliki tiga bentuk utama. Tetapi bentuk yang paling pertama dan sederhana hanyalah sebuah strip panjang dari bahan cawat yang melewati kedua belahan kaki dan diikat di sekitar pinggang. Bentuk “Malo” dari Hawaiidan beberapa model “Fundoshi” dari Jepang juga memiliki kemiripan dalam bentuk celana dalam seperti cawat.
Pada cuaca yang lebih hangat, manusia pada zaman dahulu kala hanya memakai cawat sehingga tidak efektif untuk menjadinya sebagai pakaian dalam. Akan tetapi, seperti yang diragukan asal-usulnya, pada musim dingin cawat justru yang membentuk dasar pakaian seseorang dan ditutupi oleh lapisan pakaian lainnya. Dalam peradaban paling kuno, cawat adalah satu-satunya pakaian yang tersedia.
Semua bahan kain seperti wol, linen atau Linsey-Woolsey campuran hanya mampu diimpor oleh kalangan atas di zaman itu.
Abad Pertengahan dan Renaisans
Pakaian Dalam Pria
Dalam abad pertengahan, celana dalam pria barat menjadi lebih longgar pas. Cawat telah diganti dengan bahan yang mirip celana dan lebih longgar yang disebut “Braies”. Pemakainya melangkah masuk kedua kakinya ke dalam lingkaran kain dan diikat dibagian pinggang, dan bagian bahannya terasa ketat di pertengahan betis. Braies biasanya dilengkapi dengan flap yang biasanya dikancingkan atau ditutup erat dibagian depan untuk memungkinkan pria untuk membuang air kecil tanpa harus menurunkan Braies seluruhnya. Henry VIII dari Inggris mulai melapiskan Codpiece ini sendiri, yang menyebabkan trend semakin meluas pada akhir abad ke-16. Kemeja modern pria muncul di abad ini, akan tetapi pada masa itu masih dijadikan pakaian dalam. Pria memakai kemeja panjang ini dibawah lapisan pakaian lainnya dan melipat keluar lengan panjangnya sebelum memakai Braies. Dengan cara ini, kemeja dijadikan sebagai pakaian dalam mereka. Renaisans bangsawan juga mengadopsi pakaian berlapis dua, pakaian sejenis rompi yang diikat dan dipakai dalam pakaian luar lainnya.
Pakaian Dalam Wanita
Wanita abad pertengahan menggunakan pakaian ketat yang disebut kamisol, kadang-kadang ditambah dengan Braies sebagai pembungkus kaki. Mereka bahkan menggunakan rok di bawah gaunnya. Rok berlapis dapat dipakai selama musim dingin. Selama abad 16, Farthingale itu sangat populer. Farthingale adalah rok kaku yang dibuat dengan buluh atau batang pohon willow sehingga dapat membawa keluar kesan feminim dan elegan jika memakainya di bawah gaun. Farthingale ini kemudian dipakai dengan menggunakan Bum-Roll. Gulungan gelendangan dapat digunakan untuk menambah lebar tubuh dan mendukung penyebaran kepenuhan rok dengan merata. Selain itu, Bum-Roll juga sangat mudah diikatkan ke pinggang. Korset juga mulai dipakai pada saat itu. Pada awalnya mereka menyebutnya “Sepasang tubuh”, dikarenakan bentuk kakunya yang terbuat dengan kayu, bambu, besi, bahkan tulang ikan yang dapat menonjolkan cantiknya bentuk tubuh wanita.
Pencerahan dan Era Industri
Penemuan dari “Spinning Jenny Machines” dan Gin Kapas pada pertengahan abad ke-18, membuat kain katun banyak tersedia. Ini memungkinkan pabrik untuk memproduksi secara massal pakaian dalam,dan untuk pertama kalinya, orang-orang pada membelinya di toko dan tidak lagi memproduksinya di rumah.Perempuan yang hidup sebelum setelah abad ke-18, korset dibentuk dengan menarik bahu ke belakang untuk membentuk dada tinggi, dan membentuk postur tegak. Dengan berakhirnya abad ke-18 ini, korset yang dibentuk lebih kecil dan digunakan dengan rangka yang lebih ringan namun modis.
Pada tahun 1820-an, memiliki pinggang yang ketat telah menjadi mode dan tren sehingga korset direkayasa kembali dengan berbagai model dan motif. Pada tahun 1860-an, memiliki pinggang yang langsing menjadi lambang kecantikan. Sehingga korset di era ini juga diperketat dengan bahan yang terbuat dari tulang ikan paus dan baja. Akan tetapi pada awal tahun 1880-an, terjadilah kampanye yang dilaksanakan dalam rangka reformasi gaun untuk melawan rasa sakit dan kerusakan pada organ dalam yang disebabkan oleh hantaman kerapatan saat menggunakan korset.Inez Gaches-Sarraute adalah orang pertama yang menemukan korset kesehatan yang dapat menopang postur tubuh wanita dengan sempurna dan tidak merusak organ tubuh dalam.
Abad ke-20
Sesuai dengan perkembangan zaman, produksi pakaian dalam berkembang pesat sehingga pada tahun 1911, poster iklan pakaian dalam yang pertama dicetak di Amerika Serikat pada Koran “Saturday Evening Post”. Akan tetapi, pada masa itu poin penjualan terpenting terletak pada kenyamanan pakaian tersebut dan bukan pada bentuk motifnya.
Pada tahun 1930-an, celana dalam pria merupakan salah satu penemuan yang berkembang. Pada tanggal 19 Januari 1935, Corp. Coopers menjual celana dalam bentuk segitiga yang pertama di Chicago. Perusahaan-perusahaan juga menyesuaikan era dengan memproduksi celana pendek dengan buton dan ikat pinggang elastis yang kini disebut Boxer (penyesuaian dan ide diambil dari boxer yang dipakai oleh petinju kelas dunia).
Dibandingkan dengan pakaian dalam pria, evolusi pakaian wanita jauh lebih besar perubahannya jika dilihat dari bentuk dan bahan yang dipergunakannya. Sesuai dengan perkembangan zaman, disusul juga berbagai macam / kategori pakaian dalam seperti Thong, G-String, Jockstrap, Laces, dll.
http://hizara.com/blog/sejarah-celana-dalam-asal-usul-celana-dalam-pria-dan-wanita
Sejarah Kuno
Cawat adalah bentuk yang paling sederhana dalam pakaian, dan bahkan mungkin merupakan pakaian pertama dalam manusia sejak 6000 tahun yang lalu. Cawat memiliki tiga bentuk utama. Tetapi bentuk yang paling pertama dan sederhana hanyalah sebuah strip panjang dari bahan cawat yang melewati kedua belahan kaki dan diikat di sekitar pinggang. Bentuk “Malo” dari Hawaiidan beberapa model “Fundoshi” dari Jepang juga memiliki kemiripan dalam bentuk celana dalam seperti cawat.
Pada cuaca yang lebih hangat, manusia pada zaman dahulu kala hanya memakai cawat sehingga tidak efektif untuk menjadinya sebagai pakaian dalam. Akan tetapi, seperti yang diragukan asal-usulnya, pada musim dingin cawat justru yang membentuk dasar pakaian seseorang dan ditutupi oleh lapisan pakaian lainnya. Dalam peradaban paling kuno, cawat adalah satu-satunya pakaian yang tersedia.
Semua bahan kain seperti wol, linen atau Linsey-Woolsey campuran hanya mampu diimpor oleh kalangan atas di zaman itu.
Abad Pertengahan dan Renaisans
Pakaian Dalam Pria
Dalam abad pertengahan, celana dalam pria barat menjadi lebih longgar pas. Cawat telah diganti dengan bahan yang mirip celana dan lebih longgar yang disebut “Braies”. Pemakainya melangkah masuk kedua kakinya ke dalam lingkaran kain dan diikat dibagian pinggang, dan bagian bahannya terasa ketat di pertengahan betis. Braies biasanya dilengkapi dengan flap yang biasanya dikancingkan atau ditutup erat dibagian depan untuk memungkinkan pria untuk membuang air kecil tanpa harus menurunkan Braies seluruhnya. Henry VIII dari Inggris mulai melapiskan Codpiece ini sendiri, yang menyebabkan trend semakin meluas pada akhir abad ke-16. Kemeja modern pria muncul di abad ini, akan tetapi pada masa itu masih dijadikan pakaian dalam. Pria memakai kemeja panjang ini dibawah lapisan pakaian lainnya dan melipat keluar lengan panjangnya sebelum memakai Braies. Dengan cara ini, kemeja dijadikan sebagai pakaian dalam mereka. Renaisans bangsawan juga mengadopsi pakaian berlapis dua, pakaian sejenis rompi yang diikat dan dipakai dalam pakaian luar lainnya.
Pakaian Dalam Wanita
Wanita abad pertengahan menggunakan pakaian ketat yang disebut kamisol, kadang-kadang ditambah dengan Braies sebagai pembungkus kaki. Mereka bahkan menggunakan rok di bawah gaunnya. Rok berlapis dapat dipakai selama musim dingin. Selama abad 16, Farthingale itu sangat populer. Farthingale adalah rok kaku yang dibuat dengan buluh atau batang pohon willow sehingga dapat membawa keluar kesan feminim dan elegan jika memakainya di bawah gaun. Farthingale ini kemudian dipakai dengan menggunakan Bum-Roll. Gulungan gelendangan dapat digunakan untuk menambah lebar tubuh dan mendukung penyebaran kepenuhan rok dengan merata. Selain itu, Bum-Roll juga sangat mudah diikatkan ke pinggang. Korset juga mulai dipakai pada saat itu. Pada awalnya mereka menyebutnya “Sepasang tubuh”, dikarenakan bentuk kakunya yang terbuat dengan kayu, bambu, besi, bahkan tulang ikan yang dapat menonjolkan cantiknya bentuk tubuh wanita.
Pencerahan dan Era Industri
Penemuan dari “Spinning Jenny Machines” dan Gin Kapas pada pertengahan abad ke-18, membuat kain katun banyak tersedia. Ini memungkinkan pabrik untuk memproduksi secara massal pakaian dalam,dan untuk pertama kalinya, orang-orang pada membelinya di toko dan tidak lagi memproduksinya di rumah.Perempuan yang hidup sebelum setelah abad ke-18, korset dibentuk dengan menarik bahu ke belakang untuk membentuk dada tinggi, dan membentuk postur tegak. Dengan berakhirnya abad ke-18 ini, korset yang dibentuk lebih kecil dan digunakan dengan rangka yang lebih ringan namun modis.
Pada tahun 1820-an, memiliki pinggang yang ketat telah menjadi mode dan tren sehingga korset direkayasa kembali dengan berbagai model dan motif. Pada tahun 1860-an, memiliki pinggang yang langsing menjadi lambang kecantikan. Sehingga korset di era ini juga diperketat dengan bahan yang terbuat dari tulang ikan paus dan baja. Akan tetapi pada awal tahun 1880-an, terjadilah kampanye yang dilaksanakan dalam rangka reformasi gaun untuk melawan rasa sakit dan kerusakan pada organ dalam yang disebabkan oleh hantaman kerapatan saat menggunakan korset.Inez Gaches-Sarraute adalah orang pertama yang menemukan korset kesehatan yang dapat menopang postur tubuh wanita dengan sempurna dan tidak merusak organ tubuh dalam.
Abad ke-20
Sesuai dengan perkembangan zaman, produksi pakaian dalam berkembang pesat sehingga pada tahun 1911, poster iklan pakaian dalam yang pertama dicetak di Amerika Serikat pada Koran “Saturday Evening Post”. Akan tetapi, pada masa itu poin penjualan terpenting terletak pada kenyamanan pakaian tersebut dan bukan pada bentuk motifnya.
Pada tahun 1930-an, celana dalam pria merupakan salah satu penemuan yang berkembang. Pada tanggal 19 Januari 1935, Corp. Coopers menjual celana dalam bentuk segitiga yang pertama di Chicago. Perusahaan-perusahaan juga menyesuaikan era dengan memproduksi celana pendek dengan buton dan ikat pinggang elastis yang kini disebut Boxer (penyesuaian dan ide diambil dari boxer yang dipakai oleh petinju kelas dunia).
Dibandingkan dengan pakaian dalam pria, evolusi pakaian wanita jauh lebih besar perubahannya jika dilihat dari bentuk dan bahan yang dipergunakannya. Sesuai dengan perkembangan zaman, disusul juga berbagai macam / kategori pakaian dalam seperti Thong, G-String, Jockstrap, Laces, dll.
http://hizara.com/blog/sejarah-celana-dalam-asal-usul-celana-dalam-pria-dan-wanita