DALAM dunia medis, pasien wanita telentang di depan dokter kan biasa. Tapi di Riau, dokter Ilham, 40, spesialis akupuntur itu digerebek gara-gara menelentangi pasien Ny. Rohaini, 29. Keluarga dokter bersikukuh bahwa wanita itu memang WIL Ilham, dan di kamar praktek tersebut mereka hendak berbuat mesum.
Dokter “meraba-raba” pasien memang sudah hal lumrah, karena itu tindakan untuk mendeteksi penyakit pasien. Sepanjang rabaan-rabaan tersebut masih proporsional dan wajar, pasien akan memaklumi. Kecuali pasien memang naksir pada si dokter, sehingga rabaan-rabaan yang menjurus itu malah dinikmati. Tapi cara kerja yang demikian pasti tak pernah direkomendasikan oleh pihak IDI (Ikatan Dokter Indonesia).
Bagaimana dengan dokter Ilham dari Kelurahan Bagan Batu Kota, Kecamatan Bagan Sinembah, Kabupaten Rokan Hilir ini? Sebetulnya tindakannya di ruang praktek masih biasa dan standar. Tapi karena keluarga istri dokter mencurigai bahwa Ilham punya pasien yang sekaligus WIL, begitu Rohaini ditelentangkan di kamar praktek, pikirannya jadu macem-macem dan digerebeklah pasien dan dokter tersebut.
Rumahtangga dokter Ilham memang sedang dilanda kemelut, karena sang istri, Aida, 36, mencurigai suaminya yang ahli akupuntur itu punya WIL yang awalnya merupakan pasien sendiri. Yang terjadi kemudian –setidaknya menurut kecurigaan Aida- dokter Ilham tak hanya praktek tusuk jarum di tubuh pasien Rohaini, tapi wanita itu “ditusuk” juga dengan jarum yang lain, yang tidak hanya sekali pakai pula.
Tapi Ilham membantah atas tuduhan bininya dan menegaskan bahwa Rohaini tak lebih pasien biasa, yang tidak ada udang di balik batu, apa lagi kutang di balik bajunya. Semuanya lurus-lurus saja, hubungan antara pasien dan dokter. Rupanya sang istri tidak puas, sehingga malah mendelegasikan agar dokter Ilham diwaspadai dan dipantau sampai ke kamar prakteknya.
Orang-orang kaki tangan keluarga dokter Ilham mulai berbuat macam penyidik KPK saja, sehingga gerak-gerik pak dokter selalu dipantau, hanya belum disadap saja HP-nya. Sampailah kemudian pada kejadian beberapa hari lalu. Ny. Rohaini yang dicurigai jadi WIL pak dokter datang berobat.
Begitu tiba sampai giliran pemeriksaan Rohaini, para mata-mata itu mulai mengintip dari balik jendela. Setelah ditanya ini itu di meja pasien, wanita tersebut lalu disuruh teletang di ranjang tempat periksa. Para pengintip tak sabar lagi, sehingga mengerahkan orang untuk menggerebeknya. Puluhan orang masuk ruang praktek, dan mengintimidasi Ny. Rohaini. Wanita itu disobek-sobek bajunya, sehingga nyaris telanjang.
Yakin bahwa dokter dan pasiennya telah berbuat mesum, keduanya dibawa ke Polsek Bagan Sinembah. Paling kasihan Rohaini, karena baju penutup tubuhnya hancur disobek-sobek, dia terpaksa hanya berselimutkan terpal alas tempat tidur pasien. Karena tak ditemukan bukti perselingkuhan tersebut, laporan tak diteruskan alias damai.
Dokter “meraba-raba” pasien memang sudah hal lumrah, karena itu tindakan untuk mendeteksi penyakit pasien. Sepanjang rabaan-rabaan tersebut masih proporsional dan wajar, pasien akan memaklumi. Kecuali pasien memang naksir pada si dokter, sehingga rabaan-rabaan yang menjurus itu malah dinikmati. Tapi cara kerja yang demikian pasti tak pernah direkomendasikan oleh pihak IDI (Ikatan Dokter Indonesia).
Bagaimana dengan dokter Ilham dari Kelurahan Bagan Batu Kota, Kecamatan Bagan Sinembah, Kabupaten Rokan Hilir ini? Sebetulnya tindakannya di ruang praktek masih biasa dan standar. Tapi karena keluarga istri dokter mencurigai bahwa Ilham punya pasien yang sekaligus WIL, begitu Rohaini ditelentangkan di kamar praktek, pikirannya jadu macem-macem dan digerebeklah pasien dan dokter tersebut.
Rumahtangga dokter Ilham memang sedang dilanda kemelut, karena sang istri, Aida, 36, mencurigai suaminya yang ahli akupuntur itu punya WIL yang awalnya merupakan pasien sendiri. Yang terjadi kemudian –setidaknya menurut kecurigaan Aida- dokter Ilham tak hanya praktek tusuk jarum di tubuh pasien Rohaini, tapi wanita itu “ditusuk” juga dengan jarum yang lain, yang tidak hanya sekali pakai pula.
Tapi Ilham membantah atas tuduhan bininya dan menegaskan bahwa Rohaini tak lebih pasien biasa, yang tidak ada udang di balik batu, apa lagi kutang di balik bajunya. Semuanya lurus-lurus saja, hubungan antara pasien dan dokter. Rupanya sang istri tidak puas, sehingga malah mendelegasikan agar dokter Ilham diwaspadai dan dipantau sampai ke kamar prakteknya.
Orang-orang kaki tangan keluarga dokter Ilham mulai berbuat macam penyidik KPK saja, sehingga gerak-gerik pak dokter selalu dipantau, hanya belum disadap saja HP-nya. Sampailah kemudian pada kejadian beberapa hari lalu. Ny. Rohaini yang dicurigai jadi WIL pak dokter datang berobat.
Begitu tiba sampai giliran pemeriksaan Rohaini, para mata-mata itu mulai mengintip dari balik jendela. Setelah ditanya ini itu di meja pasien, wanita tersebut lalu disuruh teletang di ranjang tempat periksa. Para pengintip tak sabar lagi, sehingga mengerahkan orang untuk menggerebeknya. Puluhan orang masuk ruang praktek, dan mengintimidasi Ny. Rohaini. Wanita itu disobek-sobek bajunya, sehingga nyaris telanjang.
Yakin bahwa dokter dan pasiennya telah berbuat mesum, keduanya dibawa ke Polsek Bagan Sinembah. Paling kasihan Rohaini, karena baju penutup tubuhnya hancur disobek-sobek, dia terpaksa hanya berselimutkan terpal alas tempat tidur pasien. Karena tak ditemukan bukti perselingkuhan tersebut, laporan tak diteruskan alias damai.