Gunung Lokon di Kota Tomohon, Provinsi Sulawesi Utara, Selasa, sejak pukul 06.12 WITA hingga pukul 10.45 WITA, meletus sebanyak 12 kali.
"Rentetan letusan masih terjadi dengan ketinggian berbeda dibanding letusan pertama setinggi 1.000 meter dan letusan kedua 2.500 meter," kata Kepala Pos Pengamatan Gunung Api Lokon dan Mahawu, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi Bandung di Kakaskasen, Farid Ruskanda Bina, Selasa (10/9).
Walaupun begitu, menurut dia, PVMBG Bandung tidak meningkatkan status Gunung Lokon menjadi awas pada level I karena pola letusannya masih sama dengan letusan sebelum-sebelumnya.
"Statusnya masih tetap siaga level III. Namun begitu evaluasi dan pelaporan aktivitas vulkanik secara berkala terus dilakukan petugas," katanya.
Dia mengatakan pascaletusan tremor vulkanik masih terekam dengan amplitudo maksimum sekitar 13 milimeter, sementara gempa vulkanik dalam dan dangkal tidak bisa direkam apabila amplitudo tremor cukup besar.
"Kalau memang ada peningkatan aktivitas yang cukup signifikan, pasti kami akan laporkan ke Bandung dan pemerintah kota sehingga diteruskan kepada warga masyarakat. Kami tetap berharap warga bersiaga dan tidak melakukan aktivitas di radius bahaya 2,5 kilometer dari kawah," katanya.
Sehari sebelumnya, Senin (9/9) pukul 06.34 WITA Gunung Lokon meletus dan melontarkan material debu setinggi 1.500 meter, dan letusan ini adalah rangkaian letusan yang terjadi sejak akhir Juli 2011. (RS)
"Rentetan letusan masih terjadi dengan ketinggian berbeda dibanding letusan pertama setinggi 1.000 meter dan letusan kedua 2.500 meter," kata Kepala Pos Pengamatan Gunung Api Lokon dan Mahawu, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi Bandung di Kakaskasen, Farid Ruskanda Bina, Selasa (10/9).
Walaupun begitu, menurut dia, PVMBG Bandung tidak meningkatkan status Gunung Lokon menjadi awas pada level I karena pola letusannya masih sama dengan letusan sebelum-sebelumnya.
"Statusnya masih tetap siaga level III. Namun begitu evaluasi dan pelaporan aktivitas vulkanik secara berkala terus dilakukan petugas," katanya.
Dia mengatakan pascaletusan tremor vulkanik masih terekam dengan amplitudo maksimum sekitar 13 milimeter, sementara gempa vulkanik dalam dan dangkal tidak bisa direkam apabila amplitudo tremor cukup besar.
"Kalau memang ada peningkatan aktivitas yang cukup signifikan, pasti kami akan laporkan ke Bandung dan pemerintah kota sehingga diteruskan kepada warga masyarakat. Kami tetap berharap warga bersiaga dan tidak melakukan aktivitas di radius bahaya 2,5 kilometer dari kawah," katanya.
Sehari sebelumnya, Senin (9/9) pukul 06.34 WITA Gunung Lokon meletus dan melontarkan material debu setinggi 1.500 meter, dan letusan ini adalah rangkaian letusan yang terjadi sejak akhir Juli 2011. (RS)