Indeks
Bak petir di siang bolong, Wagub DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama tiba-tiba mengungkap kemarahan partainya akibat kebijakan yang tak populis. Namun elite Gerindra ramai-ramai membantah pengakuan Ahok, lalu siapakah orang yang marah dan mengancam memecat Ahok?
Dalam perbincangan dengan wartawan di Balai Kota DKI Jakarta, Senin (2/12/2013) kemarin, Ahok buka-bukaan soal ada orang yang bicara tentang pemecatannya. Ahok pun menyatakan siap kalau dipecat.
"Aku cuma bilang, kan ada yang bilang kalau saya disidang bisa dipecat. Ya saya bilang, kalau saya dipecat, saya sih biasa-biasa saja. Mau bilang apa kalau partai mau pecat? Kita nggak punya saham di partai mau gimana?" kata Ahok sambil tertawa.
Namun yang jadi soal apa salah Ahok sehingga dia sampai berhadapan dengan elite partainya sendiri karena mengambil kebijakan kurang populis? Ahok memang tak mau terbuka mengungkap siapa elite Gerindra yang marah kepadanya itu, namun dia memberi sedikit bocoran, soal elite Gerindra yang menentang kebijakannya merevitalisasi kawasan waduk Pluit.
"Adalah satu dua oknum (kader Gerindra) yang kita mau bongkar waduk dia pasang bendera Gerindra, caleg. Dia mau dibelain. Itu mah gendeng saja sendiri," ujar Ahok.
Tak hanya soal waduk, Ahok juga menyebut partainya marah saat PKL ditertibkan, juga sterilisasi busway yang dianggap tidak populis. Partai menyarankan Ahok mengambil keputusan berani itu setelah 2014, namun bagi Ahok sudah terlambat.
Namun jika hanya satu oknum Gerindra yang marah, mungkinkah reaksi Ahok begitu berani terkesan menentang partainya? Rupanya Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra Prabowo Subianto juga sudah pernah marah ke Ahok, namun bukan soal tersebut di atas tadi.
"Pak Wagub memang pernah ditegur Pak Prabowo, tapi terkait (permasalahan) anak sekolah, karena bahasanya Pak Wagub yang harus diperhalus," ujar Ketua Fraksi Gerindra DPRD DKI Muhammad Sanusi saat berbincang dengan detikcom, Senin (3/12/2013).
Lalu siapa sebenarnya yang marah melihat duet Jokowi-Ahok justru membuat terobosan yang terkadang kurang populis dan menguntungkan partainya? Yang jelas kemarahan Ahok terhadap partainya yang terkesan menyetirnya memang layak diacungi jempol, menunjukkan bagaimana seorang kepala daerah tak takut menghadapi partai pengusungnya sekalipun, demi kepentingan rakyat banyak.
Dalam perbincangan dengan wartawan di Balai Kota DKI Jakarta, Senin (2/12/2013) kemarin, Ahok buka-bukaan soal ada orang yang bicara tentang pemecatannya. Ahok pun menyatakan siap kalau dipecat.
"Aku cuma bilang, kan ada yang bilang kalau saya disidang bisa dipecat. Ya saya bilang, kalau saya dipecat, saya sih biasa-biasa saja. Mau bilang apa kalau partai mau pecat? Kita nggak punya saham di partai mau gimana?" kata Ahok sambil tertawa.
Namun yang jadi soal apa salah Ahok sehingga dia sampai berhadapan dengan elite partainya sendiri karena mengambil kebijakan kurang populis? Ahok memang tak mau terbuka mengungkap siapa elite Gerindra yang marah kepadanya itu, namun dia memberi sedikit bocoran, soal elite Gerindra yang menentang kebijakannya merevitalisasi kawasan waduk Pluit.
"Adalah satu dua oknum (kader Gerindra) yang kita mau bongkar waduk dia pasang bendera Gerindra, caleg. Dia mau dibelain. Itu mah gendeng saja sendiri," ujar Ahok.
Tak hanya soal waduk, Ahok juga menyebut partainya marah saat PKL ditertibkan, juga sterilisasi busway yang dianggap tidak populis. Partai menyarankan Ahok mengambil keputusan berani itu setelah 2014, namun bagi Ahok sudah terlambat.
Namun jika hanya satu oknum Gerindra yang marah, mungkinkah reaksi Ahok begitu berani terkesan menentang partainya? Rupanya Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra Prabowo Subianto juga sudah pernah marah ke Ahok, namun bukan soal tersebut di atas tadi.
"Pak Wagub memang pernah ditegur Pak Prabowo, tapi terkait (permasalahan) anak sekolah, karena bahasanya Pak Wagub yang harus diperhalus," ujar Ketua Fraksi Gerindra DPRD DKI Muhammad Sanusi saat berbincang dengan detikcom, Senin (3/12/2013).
Lalu siapa sebenarnya yang marah melihat duet Jokowi-Ahok justru membuat terobosan yang terkadang kurang populis dan menguntungkan partainya? Yang jelas kemarahan Ahok terhadap partainya yang terkesan menyetirnya memang layak diacungi jempol, menunjukkan bagaimana seorang kepala daerah tak takut menghadapi partai pengusungnya sekalipun, demi kepentingan rakyat banyak.
No Comment.