Ketika aku berdiri di depan cermin, aku serasa tersenyum sendiri didalam hatiku. Aku berdandan memakai busana muslim lengkap dengan kerudung, yang mungkin kalau ada orang lain yang melihat akan merasa tertawa dan geli karena kerudung yang aku pakai adalah kerudung punya ibuku. Disamping kerudungnya kebesaran, cara aku memakainya juga tak karuan. Namun aku merasa percaya diri sambil berlenggak-lenggok di depan cermin menirukan idola aku yaitu Fatin Sidqia Lubis.
Memang sejak Fatin mengikuti salah satu ajang Singing Competition disalah satu stasiun televisi Indonesia aku sangat mengidolakannya. Gaya Fatin yang lucu, dengan memakai busana muslim dan kerudung ala remaja yang sedag ngetrend, serta suara yang merdu dan khas, rasanya hati serasa terhipnotis dan tidak sedetikpun aku melewatkan acara tersebut setiap minggunya. Sampai-sampai terkadang aku ditegur orang tuaku karena aku sampai lupa pelajaran sekolah.
“Ki! Makan tu televisi, ndak usah belajar sekalian!” kata ibu menegurku supaya aku tidak lupa belajar. Kalau sudah begitu maka aku pura-pura membuka buku biar ibu tidak marah lagi.
Fatin Sidqia Lubis adalah gadis belia yang baru duduk dibangku sekolah atas memang serasa menjadi idola baru di negeri ini. Bukan hanya dari kalangan remaja, namun dari kalangan orang dewasa, anak-anak, sampai nenek-nenek sekalipun sangat suka terhadap gaya, suara dan penampilannya. Sampai-sampai waktu ada acara tersebut di televisi, di kampungku terasa sepi. Biasanya anak-anak dan orang-orang main dan duduk-duduk di luar, waktu acara tersebut dimulai semuanya masuk rumah menonton televisi masing-masing. Bahkan waktu acara tersebut dimulai dan listrik padam, semuanya marah-marah dan menghujat PLN.
“PLN ndak becus, ngurus lampu aja tidak beres, kalau korupsi aja pinter.” Kata salah seorang tetanggaku meluapkan kekesalahannya.
Dalam hatiku yang paling dalam sebenarnya aku kurang suka dengan acara-acara kompetisi seperti itu. Karena aku masih anak-anak yang lebih suka dengan acara komedi, kartun dan film horor. Namun sejak Fatin Sidqia Lubis menjadi peserta dalam ajang kompetisi tersebut, selera nontonku menjadi berubah. Seakan-akan kalau acara tersebut diadakan seminggu sekali rasanya terlalu lama, karena aku selalu ingin cepat-cepat melihat penampilan sang idolaku yaitu Fatin Sidqia Lubis.
“Kenapa ya acara tersebut koq tidak diadakan setiap hari, saya akan menelpon stasiun televisi tersebut biar dirubah acaranya setiap hari.” Gumamku melantur.
Ternyata hal tersebut tidak hanya terjadi pada diriku. Semua teman-temanku baik di rumah, di sekolah maupun teman-teman ngaji di musholah juga memiliki pemikiran yang demikian. Dan setiap jeda istirahat di sekolah kami semua bernyanyi dan berlenggak-lenggok menirukan gaya Fatin.
“Ohh, ternyata murid-murid disini sekarang sudah menjadi artis semua yaa?, kalau begitu besok kalau Agustusan saya akan adakan lomba dengan hadiah televisi 24inch”. Kata seorang guruku yang kebetulan melihat gaya kami sambil bercanda.
“ya. . . bu, kami semua kan ingin seperti mbak Fatin, walaupun masih sekolah tapi sudah memiliki prestasi yang luar biasa.” Kata kami serempak.
“Amin, saya doakan semoga berhasil, tapi jangan lupa belajarnya ya.” Kata guruku sambil berlalu.
“ya. . bu,.” jawab kami serempak sambil malu-malu.
Di Indonesia memang selama ini belum pernah ada generasi penyanyi POP yang berjilbab. Paling kalau ada penyanyi berjilbab biasanya hanya membawakan lagu-lagu religi. Tapi Fatin Sidqia Lubis memang lain dari yang lain, keluguan serta kelucuan takkala tampil dan bergaya, serta busana muslim dan kerudung yang modelnya selalu berganti setiap ia tampil membuat penampilannya seakan tiada membosankan. Ditambah lagi dengan suaranya yang khas ada suara serak-serak beceknya dan dengan improvisasinya yang pas, seakan tiada cela sedikitpun tatkala dia bernyanyi.
Dilahirkan dari keluarga yang sederhana dan dari kalangan yang taat beragama, Fatin memang memiliki sifat yang rendah hati dan tidak sombong. Semua teman di sekolahnya baik perempuan maupun laki-laki sangat menyukainya. Dia juga tidak pernah marah tatkala semua teman-teman di sekolah mengejeknya kalau berjalan seperti penguin. Bahkan dia sangat percaya diri dengan julukan tersebut karena itu membuat dia lain dari yang lain dan tidak ada yang menyamainya. Ketika dia mengikuti ajang olah vokal dan bernyanyi, semua teman-teman di sekolah dan juga guru-guru pengajar sangat mendukung sepenuhnya sampai dia menjadi juara dan menjadi idola baru di dunia intertainment.
“Dan pemenangnya adalah . . . . . Fatin Sidqia Lubis” kata salah seorang MC dalam malam final di ajang kompetisi tersebut.
Masih segar dalam ingatan bahwa kala itu Fatin menangis tesedu-sedu sambil tak lupa selalu mengucapkan rasa syukur kepada ALLAH SWT. Semua peserta lain dan juga para juri lainnya berganti memeluk sembari mengucapkan selamat. Semuanya menangis tapi tetap dalam suasana akrab dan bahagia, tiada terasa air mata pun keluar dari pelupuk mataku.
“Lho, kenapa aku menangis.” Gumamku dalam hati.
Aku merasa diriku seperti menjadi Fatin Sidqia Lubis. Seakan-akan waktu itu kalau ada keajaiban aku ingin datang ke Jakarta mendatangi panggung studio tersebut yang hanya ingin bertemu dengan Fatin.
Memberikan ucapan selamat sambil mencium dan memeluk erat-erat tanpa akan kulepaskan sedikitpun.
Apapun yang akan terjadi, Fatin sudah menjadi juaranya. Hingga kebahagiaan tersebut terbawa dalam mimpiku. Dalam mimpi seakan-akan aku bertemu dengan Fatin Sidqia Lubis. Kami berdua ngobrol, bercanda ria dan bernyanyi bersama. Kami seakan sudah seperti saudara, hingga akhirnya
“Ki bangun! Hari sudah siang, kamu tidak sekolah ta?” kata ibu membangunkanku karena memang hari sudah siang.
Aku melihat jam di dinding, ternyata sudah waktunya mau berangkat sekolah. Rupanya aku bangun kesiangan, soalnya tadi malam aku menonton televisi sampai larut malam. Aku bergegas ke kamar mandi, setelah selesai mandi aku langsung berpakaian seragam sekolah dan sarapan pagi. Setelah itu aku berangkat sekolah sambil tak lupa aku berpamit dengan kedua orang tuaku.
Dalam anganku aku selalu teringat kepada Fatin Sidqia Lubis. Ya mungkin wajar karena dia adalah gadis polos dan belia yang baru berusia belasan tahun. Namun berkat kegigihan dan ketekunannya, dia mampu mengalahkan peserta lain yang notabene sudah dewasa dan berpengalaman. Mungkin juga karena kesungguhan dan doa Fatin kepada ALLAH SWT, serta doa orang-orang yang mendukungnya hingga Fatin ditakdirkan oleh ALLAH SWT menjadi penyanyi idola baru generasi berjilbab pertama di dunia hiburan tanah air.
Sekarang ini ketenaran Fatin Sidqia Lubis sudah hamper menyamai artis-artis papan atas di Indonesia. Dia juga sudah sering tampil disemua Channel stasiun televisi, bahkan hampir diluar negeri. Baru-baru ini dia juga tampil di kota mode dunia yakni di Paris ibu kota Negara Perancis. Semoga dengan ketenaran tersebut tidak menjadikan Fatin menjadi silau. Semoga Fatin Sidqia Lubis selalu bisa menjaga dirinya dari rasa takabur. Sebagai salah seorang Fans yang mengidolakannya, aku selalu berdoa semoga apa yang dicita-citakan Fatin Sidqia Lubis semuanya bisa tercapai baik itu di dunia pendidikan dan di dunia keartisan. Aku akan selalu menjadi Fans yang selalu mendukung dan mengidolakanmu sampai kapanpun. Sukses selalu untuk Fatin Sidqia Lubis.
- / SELESAI \ -
Memang sejak Fatin mengikuti salah satu ajang Singing Competition disalah satu stasiun televisi Indonesia aku sangat mengidolakannya. Gaya Fatin yang lucu, dengan memakai busana muslim dan kerudung ala remaja yang sedag ngetrend, serta suara yang merdu dan khas, rasanya hati serasa terhipnotis dan tidak sedetikpun aku melewatkan acara tersebut setiap minggunya. Sampai-sampai terkadang aku ditegur orang tuaku karena aku sampai lupa pelajaran sekolah.
“Ki! Makan tu televisi, ndak usah belajar sekalian!” kata ibu menegurku supaya aku tidak lupa belajar. Kalau sudah begitu maka aku pura-pura membuka buku biar ibu tidak marah lagi.
Fatin Sidqia Lubis adalah gadis belia yang baru duduk dibangku sekolah atas memang serasa menjadi idola baru di negeri ini. Bukan hanya dari kalangan remaja, namun dari kalangan orang dewasa, anak-anak, sampai nenek-nenek sekalipun sangat suka terhadap gaya, suara dan penampilannya. Sampai-sampai waktu ada acara tersebut di televisi, di kampungku terasa sepi. Biasanya anak-anak dan orang-orang main dan duduk-duduk di luar, waktu acara tersebut dimulai semuanya masuk rumah menonton televisi masing-masing. Bahkan waktu acara tersebut dimulai dan listrik padam, semuanya marah-marah dan menghujat PLN.
“PLN ndak becus, ngurus lampu aja tidak beres, kalau korupsi aja pinter.” Kata salah seorang tetanggaku meluapkan kekesalahannya.
Dalam hatiku yang paling dalam sebenarnya aku kurang suka dengan acara-acara kompetisi seperti itu. Karena aku masih anak-anak yang lebih suka dengan acara komedi, kartun dan film horor. Namun sejak Fatin Sidqia Lubis menjadi peserta dalam ajang kompetisi tersebut, selera nontonku menjadi berubah. Seakan-akan kalau acara tersebut diadakan seminggu sekali rasanya terlalu lama, karena aku selalu ingin cepat-cepat melihat penampilan sang idolaku yaitu Fatin Sidqia Lubis.
“Kenapa ya acara tersebut koq tidak diadakan setiap hari, saya akan menelpon stasiun televisi tersebut biar dirubah acaranya setiap hari.” Gumamku melantur.
Ternyata hal tersebut tidak hanya terjadi pada diriku. Semua teman-temanku baik di rumah, di sekolah maupun teman-teman ngaji di musholah juga memiliki pemikiran yang demikian. Dan setiap jeda istirahat di sekolah kami semua bernyanyi dan berlenggak-lenggok menirukan gaya Fatin.
“Ohh, ternyata murid-murid disini sekarang sudah menjadi artis semua yaa?, kalau begitu besok kalau Agustusan saya akan adakan lomba dengan hadiah televisi 24inch”. Kata seorang guruku yang kebetulan melihat gaya kami sambil bercanda.
“ya. . . bu, kami semua kan ingin seperti mbak Fatin, walaupun masih sekolah tapi sudah memiliki prestasi yang luar biasa.” Kata kami serempak.
“Amin, saya doakan semoga berhasil, tapi jangan lupa belajarnya ya.” Kata guruku sambil berlalu.
“ya. . bu,.” jawab kami serempak sambil malu-malu.
Di Indonesia memang selama ini belum pernah ada generasi penyanyi POP yang berjilbab. Paling kalau ada penyanyi berjilbab biasanya hanya membawakan lagu-lagu religi. Tapi Fatin Sidqia Lubis memang lain dari yang lain, keluguan serta kelucuan takkala tampil dan bergaya, serta busana muslim dan kerudung yang modelnya selalu berganti setiap ia tampil membuat penampilannya seakan tiada membosankan. Ditambah lagi dengan suaranya yang khas ada suara serak-serak beceknya dan dengan improvisasinya yang pas, seakan tiada cela sedikitpun tatkala dia bernyanyi.
Dilahirkan dari keluarga yang sederhana dan dari kalangan yang taat beragama, Fatin memang memiliki sifat yang rendah hati dan tidak sombong. Semua teman di sekolahnya baik perempuan maupun laki-laki sangat menyukainya. Dia juga tidak pernah marah tatkala semua teman-teman di sekolah mengejeknya kalau berjalan seperti penguin. Bahkan dia sangat percaya diri dengan julukan tersebut karena itu membuat dia lain dari yang lain dan tidak ada yang menyamainya. Ketika dia mengikuti ajang olah vokal dan bernyanyi, semua teman-teman di sekolah dan juga guru-guru pengajar sangat mendukung sepenuhnya sampai dia menjadi juara dan menjadi idola baru di dunia intertainment.
“Dan pemenangnya adalah . . . . . Fatin Sidqia Lubis” kata salah seorang MC dalam malam final di ajang kompetisi tersebut.
Masih segar dalam ingatan bahwa kala itu Fatin menangis tesedu-sedu sambil tak lupa selalu mengucapkan rasa syukur kepada ALLAH SWT. Semua peserta lain dan juga para juri lainnya berganti memeluk sembari mengucapkan selamat. Semuanya menangis tapi tetap dalam suasana akrab dan bahagia, tiada terasa air mata pun keluar dari pelupuk mataku.
“Lho, kenapa aku menangis.” Gumamku dalam hati.
Aku merasa diriku seperti menjadi Fatin Sidqia Lubis. Seakan-akan waktu itu kalau ada keajaiban aku ingin datang ke Jakarta mendatangi panggung studio tersebut yang hanya ingin bertemu dengan Fatin.
Memberikan ucapan selamat sambil mencium dan memeluk erat-erat tanpa akan kulepaskan sedikitpun.
Apapun yang akan terjadi, Fatin sudah menjadi juaranya. Hingga kebahagiaan tersebut terbawa dalam mimpiku. Dalam mimpi seakan-akan aku bertemu dengan Fatin Sidqia Lubis. Kami berdua ngobrol, bercanda ria dan bernyanyi bersama. Kami seakan sudah seperti saudara, hingga akhirnya
“Ki bangun! Hari sudah siang, kamu tidak sekolah ta?” kata ibu membangunkanku karena memang hari sudah siang.
Aku melihat jam di dinding, ternyata sudah waktunya mau berangkat sekolah. Rupanya aku bangun kesiangan, soalnya tadi malam aku menonton televisi sampai larut malam. Aku bergegas ke kamar mandi, setelah selesai mandi aku langsung berpakaian seragam sekolah dan sarapan pagi. Setelah itu aku berangkat sekolah sambil tak lupa aku berpamit dengan kedua orang tuaku.
Dalam anganku aku selalu teringat kepada Fatin Sidqia Lubis. Ya mungkin wajar karena dia adalah gadis polos dan belia yang baru berusia belasan tahun. Namun berkat kegigihan dan ketekunannya, dia mampu mengalahkan peserta lain yang notabene sudah dewasa dan berpengalaman. Mungkin juga karena kesungguhan dan doa Fatin kepada ALLAH SWT, serta doa orang-orang yang mendukungnya hingga Fatin ditakdirkan oleh ALLAH SWT menjadi penyanyi idola baru generasi berjilbab pertama di dunia hiburan tanah air.
Sekarang ini ketenaran Fatin Sidqia Lubis sudah hamper menyamai artis-artis papan atas di Indonesia. Dia juga sudah sering tampil disemua Channel stasiun televisi, bahkan hampir diluar negeri. Baru-baru ini dia juga tampil di kota mode dunia yakni di Paris ibu kota Negara Perancis. Semoga dengan ketenaran tersebut tidak menjadikan Fatin menjadi silau. Semoga Fatin Sidqia Lubis selalu bisa menjaga dirinya dari rasa takabur. Sebagai salah seorang Fans yang mengidolakannya, aku selalu berdoa semoga apa yang dicita-citakan Fatin Sidqia Lubis semuanya bisa tercapai baik itu di dunia pendidikan dan di dunia keartisan. Aku akan selalu menjadi Fans yang selalu mendukung dan mengidolakanmu sampai kapanpun. Sukses selalu untuk Fatin Sidqia Lubis.
- / SELESAI \ -