Dalam dunia pewayangan sering kita mengenal tokoh-tokoh yang super hero seperti : Rama dan lima saudara Pandawa. Kadang kita melupakan ada beberapa tokoh yang mempunyai pandangan “kiri” dalam menyikapi keadaan, terlebih sikap jujur dalam memahami cinta. Dalam pandangan umum menyebutnya “selingkuh”. Di bawah ini uraian tiga cerita yang sama alurnya, dalam tiga karya sastra berbeda.
Ramayana (820-832 Çaka, Walwiki)
Dalam kisah Ramayana pada bagian Balakanda, diceritakan kisah tentang Dewi Renuka. Ia adalah putri Prabu Prasnajid. Ia menikah dengan Prabu Jamadagni, raja negara Kanyakawaya, putra brahmana Ricika dengan Dewi Setyawati. Dari perkawinan tersebut ia memperoleh lima orang putra lelaki, dan putra bungsunya bernama Ramaparasu .
Ketika Prabu Jamadagni memutuskan untuk hidup sebagai brahmana, Dewi Renuka dan kelima putranya ikut boyong ke pertapaan Dewasana. Mereka hidup dalam kebahagiaan sampai suatu peristiwa sedih melanda kehidupan mereka. Suatu ketika Dewi Renuka tergiur oleh ketampanan Prabu Citarata dan mereka melakukan perkawinan gandarwa (perselingkuhan seksual). Perbuatan terkutuk itu diketahui Resi Jamadagni, yang kemudian menyuruh Ramaparasu untuk membunuh Dewi Renuka, sebagai upaya penebusan dosa. Tapi kemudian Dewi Renuka dihidupkan kembali oleh Resi Jamadagni atas permintaan Ramaparasu (Ramabargawa).
Kakawin Bomakawya (1100 M, Mpu Dharmaja)
Dalam versi Jawa istri Boma disebut dengan nama Yadnyawati /Agnyanawati, putri Karentagnyana raja Kerajaan Giyantipura. Ia tidak pernah mau “melayani ” suaminya, karena wujud Boma yang menyeramkan. Ia hanya mau melayani Boma asalkan dibuatkan jalan raya lurus tanpa berbelok dari Trajutrisna menuju Giyantipura. Boma merasa bimbang karena jalan tersebut pasti menerobos bukit Gandamadana, tempat leluhur Kresna dimakamkan.
Atas pertimbangan ibunya, Boma akhirnya memutuskan untuk menolak permintaan Agnyanawati, bahkan ia bersedia menceraikan istrinya itu. Ternyata Agnyanawati memilih “bersama” Samba, putra Kresna yang lahir dari Jembawati. Selanjutnya ialah Boma menyerang Kerajaan Dwarawati karena Samba telah membawa lari Yadnyawati. Dalam suatu pertempuran Boma berhasil menewaskan Samba. Namun ia sendiri akhirnya tewas di tangan Kresna.
Serat Pustaka Raja Purwa (Abad 19, Gubahan Ranggawarsita)
Dewi Banowati adalah putri dari Prabu Salya, raja di Mandraka. Banowati adalah seorang putri yang sangat cantik, bukan karena berhiaskan mutu manikam melainkan karena kecantikan yang sebenar-benarnya. Tingkah laku putri ini serba halus dan pantas.
Pada mulanya Banowati jatuh cinta pada Arjuna, namun akhirnya ia menikah dengan Prabu Duryudana dan menjadi permaisuri di Hastinapura. Tetapi hatinya masih berat kepada Arjuna.
Percintaan Banowati pada Arjuna akhirnya terlaksana setelah perang Baratayudha berakhir dan Duryudana tewas. Tetapi kelakukan Banowati tersebut menyebabkan kemarahan Aswatama. Banowati kemudian dibunuh oleh Aswatama ketika sedang tidur lelap.
Ketiga cerita di atas mempunyai alur cerita yang sama. Seperti halnya hidup, hidup adalah pilihan. Jalan hidup adalah proses memilih dalam persimpangan-persimpangan yang terus berlanjut. Pandangan “mayor” berkata tentang etika kesepakatan, kadang hati berkata “minor”. Selamat memilih.rdr
Ramayana (820-832 Çaka, Walwiki)
Dalam kisah Ramayana pada bagian Balakanda, diceritakan kisah tentang Dewi Renuka. Ia adalah putri Prabu Prasnajid. Ia menikah dengan Prabu Jamadagni, raja negara Kanyakawaya, putra brahmana Ricika dengan Dewi Setyawati. Dari perkawinan tersebut ia memperoleh lima orang putra lelaki, dan putra bungsunya bernama Ramaparasu .
Ketika Prabu Jamadagni memutuskan untuk hidup sebagai brahmana, Dewi Renuka dan kelima putranya ikut boyong ke pertapaan Dewasana. Mereka hidup dalam kebahagiaan sampai suatu peristiwa sedih melanda kehidupan mereka. Suatu ketika Dewi Renuka tergiur oleh ketampanan Prabu Citarata dan mereka melakukan perkawinan gandarwa (perselingkuhan seksual). Perbuatan terkutuk itu diketahui Resi Jamadagni, yang kemudian menyuruh Ramaparasu untuk membunuh Dewi Renuka, sebagai upaya penebusan dosa. Tapi kemudian Dewi Renuka dihidupkan kembali oleh Resi Jamadagni atas permintaan Ramaparasu (Ramabargawa).
Kakawin Bomakawya (1100 M, Mpu Dharmaja)
Dalam versi Jawa istri Boma disebut dengan nama Yadnyawati /Agnyanawati, putri Karentagnyana raja Kerajaan Giyantipura. Ia tidak pernah mau “melayani ” suaminya, karena wujud Boma yang menyeramkan. Ia hanya mau melayani Boma asalkan dibuatkan jalan raya lurus tanpa berbelok dari Trajutrisna menuju Giyantipura. Boma merasa bimbang karena jalan tersebut pasti menerobos bukit Gandamadana, tempat leluhur Kresna dimakamkan.
Atas pertimbangan ibunya, Boma akhirnya memutuskan untuk menolak permintaan Agnyanawati, bahkan ia bersedia menceraikan istrinya itu. Ternyata Agnyanawati memilih “bersama” Samba, putra Kresna yang lahir dari Jembawati. Selanjutnya ialah Boma menyerang Kerajaan Dwarawati karena Samba telah membawa lari Yadnyawati. Dalam suatu pertempuran Boma berhasil menewaskan Samba. Namun ia sendiri akhirnya tewas di tangan Kresna.
Serat Pustaka Raja Purwa (Abad 19, Gubahan Ranggawarsita)
Dewi Banowati adalah putri dari Prabu Salya, raja di Mandraka. Banowati adalah seorang putri yang sangat cantik, bukan karena berhiaskan mutu manikam melainkan karena kecantikan yang sebenar-benarnya. Tingkah laku putri ini serba halus dan pantas.
Pada mulanya Banowati jatuh cinta pada Arjuna, namun akhirnya ia menikah dengan Prabu Duryudana dan menjadi permaisuri di Hastinapura. Tetapi hatinya masih berat kepada Arjuna.
Percintaan Banowati pada Arjuna akhirnya terlaksana setelah perang Baratayudha berakhir dan Duryudana tewas. Tetapi kelakukan Banowati tersebut menyebabkan kemarahan Aswatama. Banowati kemudian dibunuh oleh Aswatama ketika sedang tidur lelap.
Ketiga cerita di atas mempunyai alur cerita yang sama. Seperti halnya hidup, hidup adalah pilihan. Jalan hidup adalah proses memilih dalam persimpangan-persimpangan yang terus berlanjut. Pandangan “mayor” berkata tentang etika kesepakatan, kadang hati berkata “minor”. Selamat memilih.rdr