- Tempat Nongkrong Para GIRILAYA mania -


You are not connected. Please login or register

Topik sebelumnya Topik selanjutnya Go down  Message [Halaman 1 dari 1]

1Kisah Pahlawan Usman Harun Empty Kisah Pahlawan Usman Harun Tue 11 Feb 2014, 13:50

girilayabot

girilayabot
Spammer
Spammer
Konfrontasi Indonesia-Malaysia  adalah sebuah perang mengenai masa depan Malaya, Brunei, Sabah dan Sarawak  yang terjadi antara Federasi Malaysia dan Indonesia  pada tahun 1962-1966.
 
Perang ini berawal dari keinginan Federasi Malaya yang lebih dikenali sebagai Persekutuan Tanah Melayu pada tahun 1961 untuk menggabungkan Brunei, Sabah dan Sarawak kedalam Federasi Malaysia yang tidak sesuai dengan perjanjian Manila Accord  
 
Keinginan tersebut ditentang oleh Presiden Soekarno yang menganggap pembentukan Federasi Malaysia  sebagai "boneka Inggris" merupakan kolonialisme dan imperialisme dalam bentuk baru serta dukungan terhadap berbagai gangguan keamanan dalam negeri dan pemberontakan di Indonesia.
 
Maka dibentuklah sukarelawan untuk dikirim ke negara itu setelah  dikomandokannya Dwikora oleh Presiden Sukarno pada tanggal 3 Mei 1964 di Jakarta.
 
Adalah Harun Said dan Usman Hj Mohd Ali, dua anggota KKo (Korps Komando Operasi -kini dikenal dengan Korps Marinir) yang diberangkatkan ke Singapura dengan menggunakan perahu karet. Tugasnya adalah menyabotase kepentingan-kepentingan Malaysia dan Singapura.
 
Kemudian beberapa pengeboman pun terjadi di negara itu, namun pada peristiwa pengeboman MacDonald House (10 Maret  1965) di gedung Hongkong and Shanghai Bank  yang terletak di Orchard Road, Singapura yang membuat tiga orang meninggal dunia dan sedikitnya 33 orang cederai, mereka tertangkap.
 
Pemerintah Singapura mengatakan bahwa Indonesia  mengirimkan orang-orang yang bertujuan menyabotase keadaan di Singapura dan Malaysia.  
 
Pengadilan Singapura kemudian memutuskan Keduanya dihukum gantung pada tahun 1968. Setelah mendapatkan penghormatan terakhir dari masya rakat Indonesia di KBRI, pukul 14.00 jenazah diberangkatkan ke lapangan terbang dimana telah menunggu pesawat TNI—AU. yang akan membawa ke Tanah Air.
 
Usman Janatin bin H. Ali Hasan (lahir di Dukuh Tawangsari, Desa Jatisaba, Kecamatan Purbalingga, Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah, 18 Maret 1943 – meninggal di Singapura, 17 Oktober 1968 pada umur 25 tahun) adalah salah satu dari dua anggota KKO (Korps Komando Operasi; kini disebut Marinir) Indonesia yang ditangkap di Singapura pada saat terjadinya Konfrontasi dengan Malaysia.
 
Tohir bin Said. (Lahir di Pulau Bawean tanggal 4 April 1943)
Anak ketiga dari Pak Mandar dengan ibu Aswiyani, yang kemudian
terkenal menjadi Pahlawan Nasional dengan nama Harun.
 
(KF/Wikipedia/berbagai sumber)
Kisah Pahlawan Usman Harun 34421_452611887490_1143112_n
Penyambutan jenazah di Jakarta
Kisah Pahlawan Usman Harun 69845_452611967490_6310162_n
Usman dan Harun
Kisah Pahlawan Usman Harun 68710_452612017490_5939121_n

girilayabot

girilayabot
Spammer
Spammer
Singapura benar-benar berpendirian keras bahwa Usman dan Harun dua Prajurit KKO ALRI (Sekarang Korps Marinir TNI AL) adalah saboteurs, dua orang pelaku sabotase yang membom gedung McDonald di Orchard Road Singapura pada Maret 1965 dan kedua Prajurit KKO tersebut akhirnya dihukum gantung pada Oktober 1968.

Usman dan Harun adalah saboteurs bagi Singapura, tetapi kedua tentara laut Indonesia ini adalah pahlawan bagi Indonesia, jenazah keduanya dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta Selatan. Karena predikat pahlawan itulah maka TNI Angkatan Laut bermaksud memberi nama kapal perang barunya, sebuah fregar berukuran panjang 90 meter, dengan nama KRI Usman-Harun.

Menteri Luar Negeri Singapura, K. Shanmugam, dikabarkan memprotes penamaan fregat baru TNI AL dengan nama KRI Usman-Harun dengan alasan mereka adalah musuh rakyat Singapura, tukang sabot alias saboteurs. Singapura sampai hari ini rupanya menganggap Konfrontasi Dwikora itu hanyalah eufemisme atau penghalusan dari sebuah perang yang dinyatakan sepihak oleh Indonesia tanpa pengumuman, maka tindakan Usman dan Harun yang melaksanakan tugas negara Indonesia dalam sebuah perang dipandang Singapura sebagai teroris kota.

Rupanya sisa-sisa konfrontasi Indonesia vs Malaysia 1963 - 1965 masih belum bersih benar, Singapura menganggap Usman dan Harun sebagai teroris daripada sebagai prajurit Marinir Indonesia yang menjalankan tugas perang. Mengingatkan saja pada tahun 1965 saat konfrontasi masih berlangsung, Singapura masih menjadi bagian dari negara Malaysia.

Nama Bandara Soekarno-Hatta Tidak Diprotes Belanda

Mungkin zaman perang Kemerdekaan RI 1945 - 1950 belum populer istilah teroris, maka para pejuang Indonesia disebut kaum ekstremis oleh pihak Kerajaan Belanda dan pemerintahan Hinda Belanda, juga oleh NICA, Pemerintahan Hindia Belanda pasca Perang Dunia II, saat Belanda berusaha kembali menjajah Indonesia antara 1945 - 1949.

Sudah tentu Soekarno dan Muhammad Hatta di mata Belanda saat itu juga bukan teman baik, karena Soekarno-Hatta adalah dedengkot kaum ekstremis -bahkan sejak tahun 1930-an- yang telah berbuat lancang memproklamirkan kemerdekaan Republik Indonesia, lepas dari Kerajaan Belanda.

Belanda umum diketahui tidak mengakui tanggal kemerdekaan RI 17 Agustus 1945 dan lebih mengakui 27 Desember 1949 sebagai hari kemerdekaan Republik Indonesia, saat penyerahan kedaulatan dari Kerajaan Belanda kepada Wakil Republik Indonesia di Amsterdam, akan tetapi sikap mereka terhadap Soekarno-Hatta sudah berubah dari sepasang gegedug ekstremis menjadi Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia.

Itulah sebabnya Belanda tidak memprotes pemberian nama bandar udara terbesar di Indonesia dengan nama Soekarno-Hatta. Padahal Soekarno-Hatta saat memproklamirkan kemerdekaan Indonesia boleh dikata sepihak dilihat dari sudut pandang Belanda, yang saat itu masih merasa memiliki Hindia Belanda yang telah berganti nama menjadi Republik Indonesia. Agak mirip dengan sikap Singapura yang tak mengakui konfrontasi Indonesia vs Malaysia sebagai perang resmi, namun sebagai aktivitas teror.

KRI Usman Harun Dilarang Masuk Perairan Singapura

Bila nanti Singapura ternyata mengharamkan perairan Singapura bagi KRI Usman-Harun, maka itu adalah hak Singapura untuk berkeras kepala. Hak Indonesia pula untuk tetap menamai fregat barunya KRI Usman Harun, yang tentu saja dapat menangkap bahkan menenggelamkan setiap kapal asing yang memasuki perairan Indonesia tanpa izin sah.

Sesuai dengan azas keseimbangan, bila KRI Usman-Harun dimusuhi Republik Singapura dengan diharamkan memasuki perairannya yang seluas daun kelor, tak tertutup kemungkinan diam-diam atau secara terbuka Republik Indonesia mengharamkan satu dua kapal perang Singapura memasuki perairan Indonesia.

Pemerintah Republik Singapura telah berbuat tidak konsisten sebenarnya, karena seharusnya masalah Usman-Harun sudah selesai sejak 28 Mei 1973, ketika menjadi tamu Presiden Suharto, PM Lee Kuan Yew, god father negara Singapura berziarah menabur bunga di makam Usman dan Harun di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta Selatan.

Tindakan simbolis PM pertama Singapura ini diam-diam rupanya tidak diamini generasi penerus Singapura, yang saat ini kebetulan dipimpin PM Lee Hsien Long, putera Lee Kuan Yew, apakah alasannya karena Singapura sekarang merasa sebagai negara dengan Angkatan Udara terkuat di Asia Tenggara? Atau karena saat ini merasa sebagai negara terkaya di Asia Tenggara? Jelas negara cilik ini merasa punya kekuatan sampai berani mengusik kebijakan Pemerintah Indonesia.

Topik sebelumnya Topik selanjutnya Kembali Ke Atas  Message [Halaman 1 dari 1]

Permissions in this forum:
Anda tidak dapat menjawab topik

Ping your blog, website, or RSS feed for Free
ping fast  my blog, website, or RSS feed for Free

 

pagerank analyzerW3 Directory - the World Wide Web Directory

© 2014 Copyright Girilaya Real Groups - All Rights Reserved | Back to Top