kadang saya berpikir menjadi perempuan adalah suatu kutukan
sewaktu kecil saya diberikan kesempatan belajar alat musik. saya meminta agar diijinkan berlajar alat musik Bass. namun ibu saya berkata, "kamu kan perempuan, pilih yang lebih feminim saja"
kasihan perempuan,
masyarakat hanya memberi dua kelompok perempuan
1. perempuan yang suci (baik-baik)
2. perempuan yang rusak
dan semua pemikiran kita ini berlandaskan mitos-mitos dan diperkuat dengan ajaran agama.
perempuan diberi label 'harga' dan itu terletak pada keperawanannya. padahal, kembali lagi keperawanan hanya mitos
"tapi kan nad, perempuan itu mulia karena bisa melahirkan, perempuan harus dihargai, dijaga"
kasihan perempuan,
jika dia sudah dianggap rusak dan tidak berharga satu-satunya yang dapat menolongnya adalah pemburu pria. dia tidak diperlihatkan bahwa ada cara untuk menyelamatkan dirinya sendiri. tapi harus menunggu bantuan itu datang.
kasihan perempuan,
tubuhnya milik publik
payudaranya, pinggulnya, pantatnya, matanya, senyumannya, bahkan rambutnya
(itu juga alasan gw benci banget sama jilbab)
dengan alasan "untuk melindungi" padahal membatasi.
kasihan perempuan,
jika perempuan diukur dari kesuciannya saja. maka setinggi apapun perempuan itu menuntut ilmu, sesukses apapun karier perempuan itu dia harus tidak bisa melupakan kewajibannya mengurus rumah tangga.
karena perempuan dianggap keibuan?
perempuan memang 'bisa' atau 'berpotensi' untuk hamil
tapi tubuhnya kan miliknya, dia boleh menentukan untuk hamil atau tidak.
apakah jika perempuan tidak bisa hamil dan melahirkan maka dia bukan perempuan?
kasihan perempuan,
perempuan setara dengan aqua
jika segel rusak maka dikembalikan
dikembalikan kepada keluarga, keluaarga mungkin akan menerima tapi keluarganya malu. anaknya sudah dianggap rusak
kasihan perempuan,
dia cuma booleh mengembangkan keahlian bukan intelektual
betapa perempuan difokuskan untuk menjahit dan adminstrasi saja.
bukan berpikir filsafat atau politik
perubahan sosial masyarakat tradisional menjadi modern dengan menerjemahkan mitos menjadi logis
dan kami perempuan, lagi-lagi menjadi korbannya
seiring dengan gelombang feminisme ketiga. tetapi orang tua kami masih terjebak perkataan "kamu kan perempuan"
sebenarnya sudah ada kesempatan-kesempatan bagi perempuan untuk untuk ekspansi dan menunjukan ekspresi dirinya
tapi lagi-lagi perempuan terbentur
dari nilai-nilai yang masih dianut orang tua
berkat lable keibuan yang dicap pada perempuan. kami menjadi tidak tega melukai dan menyakiti
apalagi terhadap orang tua yang disayangi
kasihan perempuan,
dia ingin berkembang tapi dia harus tetap menuruti dan jadi anak berbakti.
kasihan perempuan,
sudah jadi korban perkosaan pilihan yang diberikan hanya menikahi si pemerkosa yang keji
atau dikembalikan ke keluarga dengan menanggung malu seumur hidup
kasihan perempuan,
ketika dia sudah bisa berhasil menjadi apa yang dia inginkan.
pemikiran-pemikirannya tidak bisa diterima oleh masyarakat
karena,
dia perempuan!
Penulis : Nadyazura
sewaktu kecil saya diberikan kesempatan belajar alat musik. saya meminta agar diijinkan berlajar alat musik Bass. namun ibu saya berkata, "kamu kan perempuan, pilih yang lebih feminim saja"
kasihan perempuan,
masyarakat hanya memberi dua kelompok perempuan
1. perempuan yang suci (baik-baik)
2. perempuan yang rusak
dan semua pemikiran kita ini berlandaskan mitos-mitos dan diperkuat dengan ajaran agama.
perempuan diberi label 'harga' dan itu terletak pada keperawanannya. padahal, kembali lagi keperawanan hanya mitos
"tapi kan nad, perempuan itu mulia karena bisa melahirkan, perempuan harus dihargai, dijaga"
kasihan perempuan,
jika dia sudah dianggap rusak dan tidak berharga satu-satunya yang dapat menolongnya adalah pemburu pria. dia tidak diperlihatkan bahwa ada cara untuk menyelamatkan dirinya sendiri. tapi harus menunggu bantuan itu datang.
kasihan perempuan,
tubuhnya milik publik
payudaranya, pinggulnya, pantatnya, matanya, senyumannya, bahkan rambutnya
(itu juga alasan gw benci banget sama jilbab)
dengan alasan "untuk melindungi" padahal membatasi.
kasihan perempuan,
jika perempuan diukur dari kesuciannya saja. maka setinggi apapun perempuan itu menuntut ilmu, sesukses apapun karier perempuan itu dia harus tidak bisa melupakan kewajibannya mengurus rumah tangga.
karena perempuan dianggap keibuan?
perempuan memang 'bisa' atau 'berpotensi' untuk hamil
tapi tubuhnya kan miliknya, dia boleh menentukan untuk hamil atau tidak.
apakah jika perempuan tidak bisa hamil dan melahirkan maka dia bukan perempuan?
kasihan perempuan,
perempuan setara dengan aqua
jika segel rusak maka dikembalikan
dikembalikan kepada keluarga, keluaarga mungkin akan menerima tapi keluarganya malu. anaknya sudah dianggap rusak
kasihan perempuan,
dia cuma booleh mengembangkan keahlian bukan intelektual
betapa perempuan difokuskan untuk menjahit dan adminstrasi saja.
bukan berpikir filsafat atau politik
perubahan sosial masyarakat tradisional menjadi modern dengan menerjemahkan mitos menjadi logis
dan kami perempuan, lagi-lagi menjadi korbannya
seiring dengan gelombang feminisme ketiga. tetapi orang tua kami masih terjebak perkataan "kamu kan perempuan"
sebenarnya sudah ada kesempatan-kesempatan bagi perempuan untuk untuk ekspansi dan menunjukan ekspresi dirinya
tapi lagi-lagi perempuan terbentur
dari nilai-nilai yang masih dianut orang tua
berkat lable keibuan yang dicap pada perempuan. kami menjadi tidak tega melukai dan menyakiti
apalagi terhadap orang tua yang disayangi
kasihan perempuan,
dia ingin berkembang tapi dia harus tetap menuruti dan jadi anak berbakti.
kasihan perempuan,
sudah jadi korban perkosaan pilihan yang diberikan hanya menikahi si pemerkosa yang keji
atau dikembalikan ke keluarga dengan menanggung malu seumur hidup
kasihan perempuan,
ketika dia sudah bisa berhasil menjadi apa yang dia inginkan.
pemikiran-pemikirannya tidak bisa diterima oleh masyarakat
karena,
dia perempuan!
Penulis : Nadyazura
- Sumber:
- [You must be registered and logged in to see this link.]