Union Migrant (UNIMIG) Indonesia mengikuti lomba pembuatan video seputar kisah sukses Buruh Migran Indonesia (BMI) paska kembali ke Indonesia. Lomba yang diadakan oleh The European Commission-UN Joint Migration and Development Initiative (JMDI) yang dibuka untuk umum ini adalah lomba internasional pertama yang diikuti UNIMIG, khususnya dengan tema khusus seputar social remiitance TKI.
Video berdurasi 10 menit dengan tema “The Shining Pearl in The Mud” ini bercerita seputar berdirinya Yayasan Buruh Migran Indonesia (YBMI) yang didirikan oleh Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di Taiwan dua tahun silam. Kini, telah ada 75 anak yatim dan satu pondok pesantren yang mereka kelola. Rencananya ada dua pondok pesantren yatim yang akan didirikan di Lamongan dan Banyuwangi. “Hal yang paling menarik adalah semua dikendalikan oleh eks TKI Taiwan, managemen bahkan keuanganannya,” jelas Anto Budianto, Ketua Yayasan BMI.
Anto yang pernah mengadu nasib selama 9 tahun di Taiwan mengaku banyak sekali orang yang bertanya mengapa eks TKI mau mengurus anak yatim, mengapa tidak berbisnis saja. “Perasaan senasib dan keinginan untuk meningkatkan taraf hidup merekalah yang membuat kami para TKI berjuang untuk mereka,” jelasnya.
“Melalui video ini, UNIMIG tak bermaksud mengarahkan orang-orang untuk menjadi TKI, namun hanya ingin membuka mata khalayak ramai tentang sisi lain TKI. Mereka terlalu sering diremehkan dan dipandang sebelah mata, padahal bisa jadi kontribusinya jauh lebih besar dari kita, yang merasa diri lebih tinggi. Contohnya dengan terbentuknya yayasan ini,” jelas Yuherina Gusman, Programme Manager UNIMIG.
Yuherina berharap, video yang diselesaikan dalam waktu hanya satu minggu ini bisa membuka mata banyak orang dan bisa menjadi awal kerjasama international antara UNIMIG dengan berbagai serikat pekerja sejenis untuk membela nasib buruh migran.
Sumber : http://go.girilaya.com/xo8vgk
Video berdurasi 10 menit dengan tema “The Shining Pearl in The Mud” ini bercerita seputar berdirinya Yayasan Buruh Migran Indonesia (YBMI) yang didirikan oleh Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di Taiwan dua tahun silam. Kini, telah ada 75 anak yatim dan satu pondok pesantren yang mereka kelola. Rencananya ada dua pondok pesantren yatim yang akan didirikan di Lamongan dan Banyuwangi. “Hal yang paling menarik adalah semua dikendalikan oleh eks TKI Taiwan, managemen bahkan keuanganannya,” jelas Anto Budianto, Ketua Yayasan BMI.
Anto yang pernah mengadu nasib selama 9 tahun di Taiwan mengaku banyak sekali orang yang bertanya mengapa eks TKI mau mengurus anak yatim, mengapa tidak berbisnis saja. “Perasaan senasib dan keinginan untuk meningkatkan taraf hidup merekalah yang membuat kami para TKI berjuang untuk mereka,” jelasnya.
“Melalui video ini, UNIMIG tak bermaksud mengarahkan orang-orang untuk menjadi TKI, namun hanya ingin membuka mata khalayak ramai tentang sisi lain TKI. Mereka terlalu sering diremehkan dan dipandang sebelah mata, padahal bisa jadi kontribusinya jauh lebih besar dari kita, yang merasa diri lebih tinggi. Contohnya dengan terbentuknya yayasan ini,” jelas Yuherina Gusman, Programme Manager UNIMIG.
Yuherina berharap, video yang diselesaikan dalam waktu hanya satu minggu ini bisa membuka mata banyak orang dan bisa menjadi awal kerjasama international antara UNIMIG dengan berbagai serikat pekerja sejenis untuk membela nasib buruh migran.
Sumber : http://go.girilaya.com/xo8vgk
No Comment.