Indeks
Oleh George Hormat Kulas
Letusan Gunung Api Rokatenda, Sabtu malam lalu berpotensi membawa dampak kemanusiaan yang luas dan serius.
Masalah kemanusiaan yang akan muncul tidak terbatas pada problem pengungsian disertai turunannya, seperti terbengkelainya pendidikan anak, akses terhadap pangan, kesehatan, dan sumber-sumber penghidupan rakyat Palue selama berada di posko-posko pengungsian. Bagi rakyat Palue, yang lahan pertaniannya tertutup debu vulkanik, urusan akses terhadap pangan dan sumber penghidupan akan menjadi masalah jangka panjang.
Lahan mereka tidak langsung bisa ditanami begitu Rokatenda kembali normal. Butuh beberapa tahun sebelum lahan kembali bisa ditanami. Masalah lahan pertanian tertutupi debu vulkanis berpotensi dihadapi pula oleh masyarakat di pesisir utara sejumlah kabupaten di Flores, seperti Ende dan Nagekeo.
Letusan dan dampak letusan Rokatenda kali ini yang relatif lebih besar dari letusan 2012 lalu, jelas menuntut perhatian lebih segenap komponen masyarakat Nusa Tenggara Timur. Seluas-luasnya sumber daya selayaknya diabdikan bagi solidaritas kemanusiaan untuk masyarakat korban Rokatenda.
Persoalannya, banyak pihak melihat kelambanan pemerintah dalam merespon kondisi ini. Ditenggarai, kelambanan ini dipengaruhi momentum Pemilukada NTT dan Sikka yang sebentar lagi akan digelar. Waktu yang semakin dekat membuat para kontenstan hajatan demokrasi, termasuk para calon incumben terpaksa mefokuskan diri pada upaya pemenangan pemilukada. Rakyat pun terbengkelai.
Untuk mengatasi ini, sebuah terobosan perlu dilakukan: Penundaan Pemilukada NTT dan Sikka.
Seluas-luasnya komponen masyarakat perlu mendesak Pemerintah dan KPU untuk mengambil keputusan menunda pelaksanaan Pemilukada. Tidak sekedar penundaan hari pencoblosan, tetapi seluruh rangkaian proses pemilukada NTT dan Sikka dimoratorium. Masa-masa 1-2 bulan ke depan perlu diberlakukan sebagai bulan tenang, yang steril dari aktivitas politik pemilukada.
Hanya dengan jalan di atas, perhatian pemerintah NTT dan Sikka, serta seluruh komponen warga flobamorata bisa difokuskan pada solidaritas kemanusiaan untuk korban Rokatenda.
Saya mengajak segenap politisi muda di berbagai partai politik dan tim sukses Cagub-wagub NTT dan Cabub-wabub Sikka untuk bergabung di dalam forum untuk menggalang Petisi Tunda Pemilukada ini.
Forum Politisi Muda Lintas Partai ini juga saya harapkan bisa menggelar posko-posko bersama untuk menggalang bantuan kemanusiaan bagi korban Rokatenda. Kehadiran Pokso Bantuan Lintas Partai akan menjadi pendidikan politik bersama: Bahwa selayaknya Bencana tidak dijadikan komoditi politik, tidak dijadikan medan kompetisi karitatif demi perolehan suara. Bahwa tanggungjawab meringankan penderitaan masyarakat korban adalah tanggungjawab bersama segenap kelompok dan golongan.
Demikian, surat terbuka ini.
George Hormat Kulas, Wakil Ketua Dewan Pengurus Wilayah Partai Kebangkitan Bangsa Nusa Tenggara Timur
Sumber : http://www.nttonlinenow.com/index.php/berita-ntt/daratan-timor/3991-demi-darurat-kemanusiaan-rokatendamari-galang-petisi-tunda-pemilukada-ntt-dan-sikka
Letusan Gunung Api Rokatenda, Sabtu malam lalu berpotensi membawa dampak kemanusiaan yang luas dan serius.
Masalah kemanusiaan yang akan muncul tidak terbatas pada problem pengungsian disertai turunannya, seperti terbengkelainya pendidikan anak, akses terhadap pangan, kesehatan, dan sumber-sumber penghidupan rakyat Palue selama berada di posko-posko pengungsian. Bagi rakyat Palue, yang lahan pertaniannya tertutup debu vulkanik, urusan akses terhadap pangan dan sumber penghidupan akan menjadi masalah jangka panjang.
Lahan mereka tidak langsung bisa ditanami begitu Rokatenda kembali normal. Butuh beberapa tahun sebelum lahan kembali bisa ditanami. Masalah lahan pertanian tertutupi debu vulkanis berpotensi dihadapi pula oleh masyarakat di pesisir utara sejumlah kabupaten di Flores, seperti Ende dan Nagekeo.
Letusan dan dampak letusan Rokatenda kali ini yang relatif lebih besar dari letusan 2012 lalu, jelas menuntut perhatian lebih segenap komponen masyarakat Nusa Tenggara Timur. Seluas-luasnya sumber daya selayaknya diabdikan bagi solidaritas kemanusiaan untuk masyarakat korban Rokatenda.
Persoalannya, banyak pihak melihat kelambanan pemerintah dalam merespon kondisi ini. Ditenggarai, kelambanan ini dipengaruhi momentum Pemilukada NTT dan Sikka yang sebentar lagi akan digelar. Waktu yang semakin dekat membuat para kontenstan hajatan demokrasi, termasuk para calon incumben terpaksa mefokuskan diri pada upaya pemenangan pemilukada. Rakyat pun terbengkelai.
Untuk mengatasi ini, sebuah terobosan perlu dilakukan: Penundaan Pemilukada NTT dan Sikka.
Seluas-luasnya komponen masyarakat perlu mendesak Pemerintah dan KPU untuk mengambil keputusan menunda pelaksanaan Pemilukada. Tidak sekedar penundaan hari pencoblosan, tetapi seluruh rangkaian proses pemilukada NTT dan Sikka dimoratorium. Masa-masa 1-2 bulan ke depan perlu diberlakukan sebagai bulan tenang, yang steril dari aktivitas politik pemilukada.
Hanya dengan jalan di atas, perhatian pemerintah NTT dan Sikka, serta seluruh komponen warga flobamorata bisa difokuskan pada solidaritas kemanusiaan untuk korban Rokatenda.
Saya mengajak segenap politisi muda di berbagai partai politik dan tim sukses Cagub-wagub NTT dan Cabub-wabub Sikka untuk bergabung di dalam forum untuk menggalang Petisi Tunda Pemilukada ini.
Forum Politisi Muda Lintas Partai ini juga saya harapkan bisa menggelar posko-posko bersama untuk menggalang bantuan kemanusiaan bagi korban Rokatenda. Kehadiran Pokso Bantuan Lintas Partai akan menjadi pendidikan politik bersama: Bahwa selayaknya Bencana tidak dijadikan komoditi politik, tidak dijadikan medan kompetisi karitatif demi perolehan suara. Bahwa tanggungjawab meringankan penderitaan masyarakat korban adalah tanggungjawab bersama segenap kelompok dan golongan.
Demikian, surat terbuka ini.
George Hormat Kulas, Wakil Ketua Dewan Pengurus Wilayah Partai Kebangkitan Bangsa Nusa Tenggara Timur
Sumber : http://www.nttonlinenow.com/index.php/berita-ntt/daratan-timor/3991-demi-darurat-kemanusiaan-rokatendamari-galang-petisi-tunda-pemilukada-ntt-dan-sikka
No Comment.