CIREBON, suaramerdeka.com - Sultan Sepuh XIV Keraton Kasepuhan Cirebon, Pangeran Raja Adipati (PRA) Arief Natadiningrat merasakan adanya perbedaan pendekatan selepas Gubernur Ali Sadikin memimpin terkait dengan peringatan hari jadi ibukota Jakarta.
"Pada zaman Ali Sadikin, setiap HUT DKI, beliau bersama rombongan ziarah ke Cirebon, dan kita pun diundang mengikuti sidang paripurna khusus ke Jakarta. Sekarang tidak pernah lagi," tandasnya di sela-sela Sinergi Program Jamsostek dan Implementasi CSR Perbankan di Cirebon, Kamis (6/6).
Menurut dia, kondisi di masa lalu yang dibangun Ali Sadikin tak terlepas dari pemahaman sejarah keterkaitan kedua kota terhadap keberadaan Jakarta. Bahwa pembebasan Sunda Kelapa tidak terlepas dari perintah Syarief Hidayatullah atau Sunan Gunung Djati di masa lalu.
PRA Arief tak menampik situasi yang berkembang membuat hubungan kedua kota tak lagi seperti dulu. Meski demikian, dia berharap ada momentum terkait sejarah tersebut.
Ketika itu, Penguasa Kasultanan Cirebon yang mencakup Cirebon, Jakarta, hingga Banten tersebut menugaskan panglima perang sekaligus menantunya, Fatahillah membebaskan Sunda Kelapa dari tangan Portugis.
Didukung seribuan prajurit, dia pun berhasil menundukan Portugis. Oleh Fatahillah, Sunda Kelapa diubah menjadi Jayakarta pada 22 Juni 1527.
"Ada barang pampasannya, sebagai bukti otentik cagar budaya, seperti baju harnas pasukan Portugis yang beratnya 5 Kg dan meriam. Ulang tahun Jakarta yang diperingati bulan ini merupakan bebasnya Sunda Kelapa dari Portugis, dan diubah jadi Jayakarta," katanya.
"Pada zaman Ali Sadikin, setiap HUT DKI, beliau bersama rombongan ziarah ke Cirebon, dan kita pun diundang mengikuti sidang paripurna khusus ke Jakarta. Sekarang tidak pernah lagi," tandasnya di sela-sela Sinergi Program Jamsostek dan Implementasi CSR Perbankan di Cirebon, Kamis (6/6).
Menurut dia, kondisi di masa lalu yang dibangun Ali Sadikin tak terlepas dari pemahaman sejarah keterkaitan kedua kota terhadap keberadaan Jakarta. Bahwa pembebasan Sunda Kelapa tidak terlepas dari perintah Syarief Hidayatullah atau Sunan Gunung Djati di masa lalu.
PRA Arief tak menampik situasi yang berkembang membuat hubungan kedua kota tak lagi seperti dulu. Meski demikian, dia berharap ada momentum terkait sejarah tersebut.
Ketika itu, Penguasa Kasultanan Cirebon yang mencakup Cirebon, Jakarta, hingga Banten tersebut menugaskan panglima perang sekaligus menantunya, Fatahillah membebaskan Sunda Kelapa dari tangan Portugis.
Didukung seribuan prajurit, dia pun berhasil menundukan Portugis. Oleh Fatahillah, Sunda Kelapa diubah menjadi Jayakarta pada 22 Juni 1527.
"Ada barang pampasannya, sebagai bukti otentik cagar budaya, seperti baju harnas pasukan Portugis yang beratnya 5 Kg dan meriam. Ulang tahun Jakarta yang diperingati bulan ini merupakan bebasnya Sunda Kelapa dari Portugis, dan diubah jadi Jayakarta," katanya.
No Comment.