Penelitian Fakultas Kedokteran Universitas Udayana menyebutkan, sekitar 80 ribu laki-laki melakukan kontak seksual di beberapa lokalisasi di Bali per tahun. "Dari jumlah tersebut di antaranya 50 persen adalah mereka yang sedang jalan-jalan atau berlibur di Bali dan selebihnya adalah warga Bali atau mereka yang sudah menetap di Bali. Penelitian ini hanya berlaku di lokalisasi terkenal di Pulau Dewata," kata Pakar Epidemologi Fakultas Kedoteran Universitas Udayana Denpasar Prof Dr Dewa Nyoman Wirawan di Denpasar, Sabtu (19/1).
Ia juga mengatakan saat ini pihaknya belum membidik tempat penelitian lain, seperti panti pijat, kafe, tempat hiburan malam seperti karaoke dan sejenisnya. "Dengan angka tersebut menunjukkan kalau penularan HIV/AIDS sangat berpotensi di Pulau Dewata," katanya. Menurut Wirawan, penelitian dilakukan dengan cara melakukan wawancara terhadap pekerja seks komersil (PSK).
Dari pelanggan yang ada, kata dia, hanya 30 persen pelanggan yang menggunakan kondom dan sisanya tidak menggunakan kondom dengan alasan lupa, tidak enak saat berhubungan dan sebagainya. "Kondisi seperti ini yang sangat memprihatinkan karena target kita adalah 80 persen harus menggunakan kondom saat berhubungan seksual berisiko untuk mengurangi risiko penularan HIV/AIDS. Namun yang terjadi adalah pelanggan yang menggunakan kondom
hanya 30 persen. Ini berarti risiko tertular HIV/AIDS sangat besar di Bali," katanya.
Wirawan menjelaskan, metode survei ini menggunakan pola pertanyaan yang sama di seluruh dunia. Ada dua pertanyaan untuk pelanggan atau laki-laki dan dua pertanyaan untuk PSK. Semua pertanyaan itu sama di seluruh dunia. Pertanyaan untuk pelanggan, adalah apakah Anda tadi saat membeli seks menggunakan kondom dan apakah Anda setiap kali beli seks selalu pakai kondom? Sedangkan untuk PSK, kata Wirawaan, pertanyaannya adalah apakah tamu terakhir Anda menggunakan kondom dan apakah dalam melayani tamu selalu memakai kondom? Dikatakan, bila target untuk mengurangi risiko jika penggunaan kondom sebanyak 80 persen, namun fakta hanya 30 persen yang menggunakan kondom. Kemungkinan ada 1.000 orang laki-laki tertular HIV/AIDS per tahun. "Prevalensi HIV/AIDS di lokalisasi di Sanur, Kota Denpasar atau probabilitas tertular sebanyak 1,6 persen. Sedangkan PSK, sampai dengan tahun 2011 ada 19 persen," katanya.
Sementara itu, Sekretaris KPA Provinsi Bali, Made Suprapta mengungkapkan pelaku seks beresiko mempunyai banyak alasan untuk tidak menggunakan kondom. “Ada yang lupa, enggan memakai karena tidak nyaman dan lain sebagainya. Padahal harga kondom tak sebanding dengan resiko yang ditularkan. Biaya pengobatan setelah positif terinfeksi HIV jauh lebih tinggi dari harga kondom dan upah yang PSK dapatkan,” terangnya.
Dikatakannya, selama masih ada pembeli seks, PSK akan sulit diberantas. Pembubaran lokalisasi dan mengusir PSK bukanlah langkah yang efektif dikarenakan ketika situasi sudah aman mereka akan kembali lagi. “Jalan satu-satunya untuk menekan laju perkembangan HIV/AIDS adalah dengan menghindari perilaku seks yang beresiko. Namun jika perilaku seks beresiko ini sulit untuk dihentikan, jika berhubungan seks gunakanlah kondom,”sarannya.
Sumber : http://go.girilaya.com/0ggvd8
Ia juga mengatakan saat ini pihaknya belum membidik tempat penelitian lain, seperti panti pijat, kafe, tempat hiburan malam seperti karaoke dan sejenisnya. "Dengan angka tersebut menunjukkan kalau penularan HIV/AIDS sangat berpotensi di Pulau Dewata," katanya. Menurut Wirawan, penelitian dilakukan dengan cara melakukan wawancara terhadap pekerja seks komersil (PSK).
Dari pelanggan yang ada, kata dia, hanya 30 persen pelanggan yang menggunakan kondom dan sisanya tidak menggunakan kondom dengan alasan lupa, tidak enak saat berhubungan dan sebagainya. "Kondisi seperti ini yang sangat memprihatinkan karena target kita adalah 80 persen harus menggunakan kondom saat berhubungan seksual berisiko untuk mengurangi risiko penularan HIV/AIDS. Namun yang terjadi adalah pelanggan yang menggunakan kondom
hanya 30 persen. Ini berarti risiko tertular HIV/AIDS sangat besar di Bali," katanya.
Selama masih ada pembeli seks, PSK akan sulit diberantas. Pembubaran lokalisasi dan mengusir PSK bukanlah langkah yang efektif dikarenakan ketika situasi sudah aman mereka akan kembali lagi. “Jalan satu-satunya untuk menekan laju perkembangan HIV/AIDS adalah dengan menghindari perilaku seks yang beresiko. Namun jika perilaku seks beresiko ini sulit untuk dihentikan, jika berhubungan seks gunakanlah kondom,”sarannya.
Wirawan menjelaskan, metode survei ini menggunakan pola pertanyaan yang sama di seluruh dunia. Ada dua pertanyaan untuk pelanggan atau laki-laki dan dua pertanyaan untuk PSK. Semua pertanyaan itu sama di seluruh dunia. Pertanyaan untuk pelanggan, adalah apakah Anda tadi saat membeli seks menggunakan kondom dan apakah Anda setiap kali beli seks selalu pakai kondom? Sedangkan untuk PSK, kata Wirawaan, pertanyaannya adalah apakah tamu terakhir Anda menggunakan kondom dan apakah dalam melayani tamu selalu memakai kondom? Dikatakan, bila target untuk mengurangi risiko jika penggunaan kondom sebanyak 80 persen, namun fakta hanya 30 persen yang menggunakan kondom. Kemungkinan ada 1.000 orang laki-laki tertular HIV/AIDS per tahun. "Prevalensi HIV/AIDS di lokalisasi di Sanur, Kota Denpasar atau probabilitas tertular sebanyak 1,6 persen. Sedangkan PSK, sampai dengan tahun 2011 ada 19 persen," katanya.
Sementara itu, Sekretaris KPA Provinsi Bali, Made Suprapta mengungkapkan pelaku seks beresiko mempunyai banyak alasan untuk tidak menggunakan kondom. “Ada yang lupa, enggan memakai karena tidak nyaman dan lain sebagainya. Padahal harga kondom tak sebanding dengan resiko yang ditularkan. Biaya pengobatan setelah positif terinfeksi HIV jauh lebih tinggi dari harga kondom dan upah yang PSK dapatkan,” terangnya.
Dikatakannya, selama masih ada pembeli seks, PSK akan sulit diberantas. Pembubaran lokalisasi dan mengusir PSK bukanlah langkah yang efektif dikarenakan ketika situasi sudah aman mereka akan kembali lagi. “Jalan satu-satunya untuk menekan laju perkembangan HIV/AIDS adalah dengan menghindari perilaku seks yang beresiko. Namun jika perilaku seks beresiko ini sulit untuk dihentikan, jika berhubungan seks gunakanlah kondom,”sarannya.
Sumber : http://go.girilaya.com/0ggvd8
No Comment.