Disadari atau tidak, kehidupan masyarakat modern saat ini sangat sulit terlepas dari teknologi. Masyarakat semakin terbiasa dan akrab dengan internet, baik untuk urusan pekerjaan, bisnis, mencari informasi, atau sekadar bersosialisasi.Kecepatan mengakses informasi tanpa kenal jarak, tuntutan gaya hidup, dan biaya yang relatif kian murah menyebabkan internet menjadi primadona. Sayangnya, tak semua konten internet berdampak baik bagi penggunanya. Jika tak bijak menggunakannya, bukan tak mungkin, penggunanya bakal terjebak dalam perangkat jahat dunia maya; asyik berselancar di situs-situs porno.
Survei Gerakan Jangan Bugil di Depan Kamera pada tahun lalu cukup mengejutkan. Indonesia ternyata berada pada urutan keempat di dunia. Tapi bukan soal melek teknologi, melainkan dalam masalah buka-membuka situs porno. Pengguna internet di Indonesia sangat senang berkunjung ke situs tersebut.
Apalagi seiring perkembangan teknologi, akses menyirap informasi dari dunia maya, tak melulu melalui perangkat komputer. Cukup menekan tombol-tombol di telepon genggam, si pengguna bisa membuka situs apapun yang dikehendaki. Celakanya, situs porno kerap menjadi tujuan.
Hal ini memang sempat memicu pemerintah memperingati vendor telepon genggam. Soalnya para vendor belum menyaring konten porno sehingga pengguna telepon genggam leluasa mengakses situs porno.
Pemerintah pun mengambil inisiatif memblokir situs porno. Itu bisa terealisasi. Namun tidak terjadi pada telepon genggam. Artinya, pemilik telepon genggam yang membuat situs porno tetap banyak.
Tak hanya itu. Pengguna juga memanfaatkan internet untuk menjajakan seks komersial di dunia maya. Setidaknya itulah yang ditemukan Tim kami.
Berbekal riset soal penyalahgunaan internet, sebuah forum berbau esek-esek di dunia maya kami selidiki. Mereka yang menjual diri maupun yang terlibat dalam praktik ini kami cari.
Namun, bukan berarti mudah dilakukan. Para pelaku sangat berhati-hati. Bahkan, mereka sangat selektif dalam memilih konsumen. Berulang ulang interaksi dilakukan. Tapi gagal lagi, gagal lagi. Tak ada balasan sama sekali.
Kami pun berusaha mencari celah lain, yakni menggunakan jasa rekan yang berpengalaman menembus forum esek-esek. Dari sana diperoleh informasi berharga, jika ingin mencari PSK di internet, sebaiknya melalui mucikari yang bisa diperoleh dengan menghubungi pemilik lapak di situs tersebut.
Mucikari didapat, obrolan pun mengalir. Tak hanya mengobrol di telepon, kami pun menemui Bunga–sebut saja begitu, sang mucikari yang menawarkan gadis belia di sebuah forum dunia maya. Yang mengejutkan, Bunga ternyata juga berusia belia. Jauh dari bayangan semula.
Menurut Bunga, praktik yang dijalaninya bukan semata-mata kemauannya. Sejumlah teman seusianya bahkan yang menawarkan diri. Maksudnya, mereka sendiri yang datang dan minta dipromosikan secara luas melalui situs maupun jejaring sosial.
Untuk memperlancar kegiatannya, Bunga pun memudahkan para konsumen. Dia tak ingin mengecewakan pelanggan yang seolah membeli kucing dalam karung. Untuk itu, dia bakal memasang foto asli sejumlah wanita muda. Terkadang banyak di antara mereka yang masih di bawah umur.
Area publik yang mudah diakses oleh siapa saja tak membuat Bunga gentar. Sebab, banyak cara untuk mengelabui identitas sebenarnya. Layaknya hukum permintaan dan penawaran, keberanian berbisnis perempuan belia di internet tak lepas dari adanya pihak yang memburunya.
Forum atau komunitas esek-esek memang surga bagi para pria hidung belang. Bagi mereka, berburu perempuan muda di internet untuk diajak kencan memiliki sensasi yang berbeda. Jemi–bukan nama sebenarnya, setidaknya mengakui hal tersebut.
Bukan hanya dari kota besar, informan kami juga menyebutkan bahwa banyak gadis di bawah umur di daerah yang menjajakan diri melalui dunia maya. Untuk membuktikan hal tersebut, kami mendatangi sebuah kota di Jawa Tengah.
Ternyata informasi itu benar adanya. Kami mendapatkan siswi kelas dua SMA yang menjajakkan diri di internet. Kepada kami, Kirani–bukan nama sebenarnya, terang-terangan mengaku jadi bagian dari komunitas jual beli kenikmatan di internet. Modus yang dilakukan sederhana. Mengajak calon pelanggan berbicara atau chatting di dunia maya.
Kami pun berpura-pura ingin menggunakan jasa Kirani untuk menggali cerita lebih banyak. Kelebihan dalam menjaga kerahasiaan dan identitas penggunanya jadi alasan baginya nyaman berbisnis kenikmatan melalui internet.
Kirani sangat memanfaatkan dan benar-benar memaksimalkan keberadaan situs jejaring sosial untuk mencari pelanggan. Berbekal telepon genggam dan laptop, dia mengembangkan bisnis tersebut, di sela-sela kewajibannya sebagai pelajar.
Dengan teknologi itu, Kirani mudah mendapat pelanggan. Transaksi demi transaksi pun dia lakukan. Namun, bukan berarti dia dengan mudah mengumbar nama atau foto asli di jejaring sosial. Untuk itu, Kirani cukup berhati-hati.
Sedangkan bagi Jemi, berkencan dengan gadis belia yang fotonya tak sesuai dengan wajah asli, bukanlah masalah besar. Dia bisa mengerti dan menurutnya itu adalah hal biasa. Hal tersebut sama sekali tak menyurutkan Jemi berburu para gadis belia.
Kasat Cyber Crime Polda Metro Jaya AKBP Hermawan mengatakan, maraknya situs porno di internet, termasuk praktik penjualan gadis di bawah umur, membuat polisi gerah. Sejumlah tindakan antisipatif sebenarnya sudah dilakukan. Razia demi razia juga telah dilancarkan untuk menghentikan konsumsi dan peredaran pornografi di internet.
Namun itu belum cukup menghentikan penyalahgunaan penggunaan internet. Bahkan, polisi mencatat, angka pelanggaran dan penyalahgunaan internet semacam ini terus menunjukkan peningkatan.
Pengamat informatika Donny BU menilai, tak mengherankan jika internet semakin menjadi pilihan untuk bertransaksi, termasuk dalam hal komoditi seks. Sebab, hukum ekonomi juga berlaku di sana. Walau sulit, tapi bukan tak mungkin praktik jual beli semacam itu dicegah.
Keprihatinan atas perilaku berinternet negatif mendorong Menkominfo Tifatul Sembiring menggalakkan internet sehat. Langkah itu diharapkan bisa mencegah penyalahgunaan internet sejak dini. Seperti halnya pemerintah, kami juga berharap tak ada lagi penyalahgunaan internet, khususnya dalam hal buka-membuka situs porno. Sebab, lebih banyak mudarat dari manfaatnya.
Sumber : http://go.girilaya.com/kbxxqk
Survei Gerakan Jangan Bugil di Depan Kamera pada tahun lalu cukup mengejutkan. Indonesia ternyata berada pada urutan keempat di dunia. Tapi bukan soal melek teknologi, melainkan dalam masalah buka-membuka situs porno. Pengguna internet di Indonesia sangat senang berkunjung ke situs tersebut.
Apalagi seiring perkembangan teknologi, akses menyirap informasi dari dunia maya, tak melulu melalui perangkat komputer. Cukup menekan tombol-tombol di telepon genggam, si pengguna bisa membuka situs apapun yang dikehendaki. Celakanya, situs porno kerap menjadi tujuan.
Hal ini memang sempat memicu pemerintah memperingati vendor telepon genggam. Soalnya para vendor belum menyaring konten porno sehingga pengguna telepon genggam leluasa mengakses situs porno.
Pemerintah pun mengambil inisiatif memblokir situs porno. Itu bisa terealisasi. Namun tidak terjadi pada telepon genggam. Artinya, pemilik telepon genggam yang membuat situs porno tetap banyak.
Tak hanya itu. Pengguna juga memanfaatkan internet untuk menjajakan seks komersial di dunia maya. Setidaknya itulah yang ditemukan Tim kami.
Berbekal riset soal penyalahgunaan internet, sebuah forum berbau esek-esek di dunia maya kami selidiki. Mereka yang menjual diri maupun yang terlibat dalam praktik ini kami cari.
Namun, bukan berarti mudah dilakukan. Para pelaku sangat berhati-hati. Bahkan, mereka sangat selektif dalam memilih konsumen. Berulang ulang interaksi dilakukan. Tapi gagal lagi, gagal lagi. Tak ada balasan sama sekali.
Kami pun berusaha mencari celah lain, yakni menggunakan jasa rekan yang berpengalaman menembus forum esek-esek. Dari sana diperoleh informasi berharga, jika ingin mencari PSK di internet, sebaiknya melalui mucikari yang bisa diperoleh dengan menghubungi pemilik lapak di situs tersebut.
Mucikari didapat, obrolan pun mengalir. Tak hanya mengobrol di telepon, kami pun menemui Bunga–sebut saja begitu, sang mucikari yang menawarkan gadis belia di sebuah forum dunia maya. Yang mengejutkan, Bunga ternyata juga berusia belia. Jauh dari bayangan semula.
Menurut Bunga, praktik yang dijalaninya bukan semata-mata kemauannya. Sejumlah teman seusianya bahkan yang menawarkan diri. Maksudnya, mereka sendiri yang datang dan minta dipromosikan secara luas melalui situs maupun jejaring sosial.
Untuk memperlancar kegiatannya, Bunga pun memudahkan para konsumen. Dia tak ingin mengecewakan pelanggan yang seolah membeli kucing dalam karung. Untuk itu, dia bakal memasang foto asli sejumlah wanita muda. Terkadang banyak di antara mereka yang masih di bawah umur.
Area publik yang mudah diakses oleh siapa saja tak membuat Bunga gentar. Sebab, banyak cara untuk mengelabui identitas sebenarnya. Layaknya hukum permintaan dan penawaran, keberanian berbisnis perempuan belia di internet tak lepas dari adanya pihak yang memburunya.
Forum atau komunitas esek-esek memang surga bagi para pria hidung belang. Bagi mereka, berburu perempuan muda di internet untuk diajak kencan memiliki sensasi yang berbeda. Jemi–bukan nama sebenarnya, setidaknya mengakui hal tersebut.
Bukan hanya dari kota besar, informan kami juga menyebutkan bahwa banyak gadis di bawah umur di daerah yang menjajakan diri melalui dunia maya. Untuk membuktikan hal tersebut, kami mendatangi sebuah kota di Jawa Tengah.
Ternyata informasi itu benar adanya. Kami mendapatkan siswi kelas dua SMA yang menjajakkan diri di internet. Kepada kami, Kirani–bukan nama sebenarnya, terang-terangan mengaku jadi bagian dari komunitas jual beli kenikmatan di internet. Modus yang dilakukan sederhana. Mengajak calon pelanggan berbicara atau chatting di dunia maya.
Kami pun berpura-pura ingin menggunakan jasa Kirani untuk menggali cerita lebih banyak. Kelebihan dalam menjaga kerahasiaan dan identitas penggunanya jadi alasan baginya nyaman berbisnis kenikmatan melalui internet.
Kirani sangat memanfaatkan dan benar-benar memaksimalkan keberadaan situs jejaring sosial untuk mencari pelanggan. Berbekal telepon genggam dan laptop, dia mengembangkan bisnis tersebut, di sela-sela kewajibannya sebagai pelajar.
Dengan teknologi itu, Kirani mudah mendapat pelanggan. Transaksi demi transaksi pun dia lakukan. Namun, bukan berarti dia dengan mudah mengumbar nama atau foto asli di jejaring sosial. Untuk itu, Kirani cukup berhati-hati.
Sedangkan bagi Jemi, berkencan dengan gadis belia yang fotonya tak sesuai dengan wajah asli, bukanlah masalah besar. Dia bisa mengerti dan menurutnya itu adalah hal biasa. Hal tersebut sama sekali tak menyurutkan Jemi berburu para gadis belia.
Kasat Cyber Crime Polda Metro Jaya AKBP Hermawan mengatakan, maraknya situs porno di internet, termasuk praktik penjualan gadis di bawah umur, membuat polisi gerah. Sejumlah tindakan antisipatif sebenarnya sudah dilakukan. Razia demi razia juga telah dilancarkan untuk menghentikan konsumsi dan peredaran pornografi di internet.
Namun itu belum cukup menghentikan penyalahgunaan penggunaan internet. Bahkan, polisi mencatat, angka pelanggaran dan penyalahgunaan internet semacam ini terus menunjukkan peningkatan.
Pengamat informatika Donny BU menilai, tak mengherankan jika internet semakin menjadi pilihan untuk bertransaksi, termasuk dalam hal komoditi seks. Sebab, hukum ekonomi juga berlaku di sana. Walau sulit, tapi bukan tak mungkin praktik jual beli semacam itu dicegah.
Keprihatinan atas perilaku berinternet negatif mendorong Menkominfo Tifatul Sembiring menggalakkan internet sehat. Langkah itu diharapkan bisa mencegah penyalahgunaan internet sejak dini. Seperti halnya pemerintah, kami juga berharap tak ada lagi penyalahgunaan internet, khususnya dalam hal buka-membuka situs porno. Sebab, lebih banyak mudarat dari manfaatnya.
Sumber : http://go.girilaya.com/kbxxqk