- Tempat Nongkrong Para GIRILAYA mania -


You are not connected. Please login or register

Topik sebelumnya Topik selanjutnya Go down  Message [Halaman 1 dari 1]

1(Besar) Kecilnya gaji di Indonesia Empty (Besar) Kecilnya gaji di Indonesia Wed 31 Oct 2012, 18:14

Admin

Admin
Admin
Admin
Menikmati ‘digaji’ dengan tugas utama belajar, membuat posisi saya ‘nyaman’ sebagai ibu yang juga mengasuh anak. Alhamdulillah sejauh ini tugas perkuliahan dapat dijalani dengan baik. ‘Gaji’ juga terhitung lumayan, pekerjaan utama untuk belajar, sesuai dengan kebutuhan saya sebagai ibu rumah tangga, belajar bisa diatur ketika anak sudah tertidur, atau sambil menemani anak bermain. Nyaris selama ini saya menikmati keseimbangan yang baik, tidak ngoyo bekerja dalam arti tidak menghabiskan banyak waktu di perjalanan, karena infrastruktur yang bagus disini, tidak ada macet, kemana2 bisa jalan kaki atau bersepedah, atau menunggu bis/kereta/trem yang jadwalnya bisa dipersiapkan karena tepat waktu, dengan informasi yang bisa diketahui dari internet, istilahnya perjalanan dapat direncanakan dengan baik. Apalagi sistem pendidikan tinggi Belanda yang justru mengharuskan porsi belajar mandiri yang sangat dominan, peran dosen di kelas sebagai fasilitator diskusi, dan kehadiran di kelas tidak wajib, yang penting justru eksplorasi pribadi. Lagi-lagi, ini menambah ‘kenyamanan’ saya yang lebih suka di rumah belajar, sambil mengurus pekerjaan rumah dan anak, apalagi pilihan program studi saya bukan program yang menuntut banyak eksperimen di laboratorium, program saya adalah program yang mengharuskan banyak belajar, berpikir, dan mencermati realitas sosial.

Sekali lagi, posisi saya saat ini adalah posisi nyaman (sesuatu yang patut disyukuri), ketika mempunyai anak kecil yang butuh pengasuhan intensif, pada saat yang sama mempunyai penghasilan yang kalau dibandingkan dengan standar gaji di Indonesia sudah cukup lumayan (meskipun kalau dibandingkan dengan penghasilan jika bekerja sebagai karyawan perusahaan Belanda tentu masih jauh), dan pada saat yang sama rutinitas berjalan sangat manusiawi. Tidak banyak menghabiskan waktu di luar rumah, tidak terlalu besar pengaruh hedonisme, tidak menghabiskan waktu di mall, kita bisa menjadi modest (sederhana) tanpa telinga panas karena berisik orang-orang yang berlomba-lomba -maaf- pamer.

Bagaimanapun, keinginan untuk kembali ke tanah air tetap ada, banyak hal yang tentu bisa dilakukan karena negara sedang membangun. Saya mulai melihat-lihat melalui internet jenis-jenis pekerjaan dan standar gajinya. Sebab untuk kembali ke tanah air harus siap lahir batin, bukan sekedar euforia dan semangat, tapi harus dengan pikiran yang adem, hati yang tenang, sudah dipikir konsekuensinya, karena tidak bisa dipungkiri kehidupan yang cukup ‘keras’ harus dihadapi dengan niat yang ikhlas, agar ridho Allah benar-benar teraih. ’Keras’ karena negara kita sedang mengalami ‘social exercise’ yang luar biasa, segala sisi sedang ditata, pendek kata sedang ‘ditempa Tuhan’ seperti kata H.Mutahar dalam syair ‘Dirgahayu Indonesiaku’.

Salah satunya yang harus dipikirkan adalah mencari ‘penghidupan’. Sebagian besar pekerjaan mempunyai konsekuensi yang menurut saya ‘luar biasa’, bekerja dari pagi hingga petang, termasuk harus bergulat dengan transportasinya, dengan gaji yang juga kadang ‘tak sebanding’. Tapi itu realitas, setiap pilihan ada konsekuensinya. Sehingga harus benar-benar siap lahir batin dengan pilihan-pilihan itu, termasuk bagaimana konsekuensinya pada anak-anak. Sejujurnya saat ini saya cukup terkaget-kaget dengan gaji di Indonesia yang secara umum di kisaran 3 jt, 5jt, 7jt, yang pada hemat saya relatif tidak begitu besar sebab mereka-mereka ini adalah tenaga ahli, dengan kualifikasi pendidikan yang baik, jam kerja yang tinggi (mungkin pergi dari rumah jam 8 pagi pulang jam 8 malam), ditambah aneka tugas-tugas kantor untuk lembur, kerja di hari libur. Bagi yang pernah merasakan kehidupan di luar negeri, apalagi kalau gajinya tinggi, hal ini tentu akan membuat ‘shock’.

Itulah sebabnya abah dari jauh-jauh selalu mewanti-wanti, keinginan ibu untuk kembali ke Indonesia harus benar-benar disiapkan lahir dan batin, sehingga tidak banyak mengeluh nantinya. Ada konsekuensi2, misalnya, kebersamaan kita sebagai keluarga tidak akan seperti sekarang, dimana waktu kita berkumpul sebagai keluarga cukup besar. Ibu harus siap jika misalnya nanti jam kerja abah di luar rumah lebih banyak, atau mungkin kalau abah bekerja di luar kota, ketemu akhir pekan. Kalau menginginkan kehidupan yang lebih baik mungkin dua-duanya harus bekerja, dan ini ada konsekuensi lain yang harus diperhitungkan, misalnya soal pengasuhan anak. Kalau ibu ingin lebih fokus ngasuh anak dan memutuskan tidak bekerja di luar rumah misalnya, maka ibu harus lebih qona’ah (nrimo dan bersyukur), tidak tertuntut lingkungan untuk mengejar materi. Atau ibu bisa menjalankan bisnis yang bisa dikendalikan dari rumah, misalnya ibu pernah mengelola bisnis katering dan jualan online, dan bisnispun selalu ada konsekuensi sukses dan tidak sukses. Lagi-lagi, semunya harus dipikirkan dan dipersiapkan lahir batin. Sehingga, teramat baiklah untuk menyelami hadist Arbain yang kesatu,

Dari Amirul Mukminin Abu Hafsh, Umar bin Al-Khathab radhiyallahu ‘anhu, ia berkata : “Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Segala amal itu tergantung niatnya, dan setiap orang hanya mendapatkan sesuai niatnya. Maka barang siapa yang hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya itu kepada Allah dan Rasul-Nya. Barang siapa yang hijrahnya itu Karena kesenangan dunia atau karena seorang wanita yang akan dikawininya, maka hijrahnya itu kepada apa yang ditujunya”.

[Diriwayatkan oleh dua orang ahli hadits yaitu Abu Abdullah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin Mughirah bin Bardizbah Al Bukhari (orang Bukhara) dan Abul Husain Muslim bin Al Hajjaj bin Muslim Al Qusyairi An Naisaburi di dalam kedua kitabnya yang paling shahih di antara semua kitab hadits. Bukhari no. 1 dan Muslim no. 1907]

Di luar tanah air, bukan berarti tertutup ladang amal, seperti di Belanda ini, dakwah sedang mulai menggeliat, maka diperlukan pula juru-juru dakwah untuk mengantar masa depan Islam yang leibh baik. Pendek kata, ibu benar-benar harus menata niat dengan benar, kembali ketanah air mungkin adalah pilihan ‘perjuangan’ dimana konsekuensinya harus dijalani dengan ikhlas, seperti Hatta, seperti Syahrir, seperti Agus Salim. Tetapi diatas itu semua, kehendak Allahlah yang akan berlaku, dimanakah takdir akan menempatkan diri untuk berjuang dan beramal.

Sumber :
Code:
http://girilaya.com/get/865sbw

Malu bangetsz Malu bangetsz

http://forum.girilaya.com

kobria

kobria
Tamu
Tamu
berusaha dari kecil ke besar





bisnis internet tas wanita murah

Topik sebelumnya Topik selanjutnya Kembali Ke Atas  Message [Halaman 1 dari 1]

Permissions in this forum:
Anda tidak dapat menjawab topik

Ping your blog, website, or RSS feed for Free
ping fast  my blog, website, or RSS feed for Free

 

pagerank analyzerW3 Directory - the World Wide Web Directory

© 2014 Copyright Girilaya Real Groups - All Rights Reserved | Back to Top