Jurnalis Independen: Setelah kunjungan Agen Rahasia CIA milik pemerintah Amerika Serikat dan meledaknya sebuah bom di kantor polisi, rezim Pemerintah Kudeta Mesir, menuduh Ikhwanuls Muslimin yang menjadi pendukung Mohammad Mursi sebagai kelompok teroris.
Perdana Menteri Mesir, Hazem Beblawei mengeluarkan pernyataan resmi yang menyebut gerakan Ikhwanul Muslimin adalah organisasi teroris. Kantor berita negara, MENA, melaporkan pada Selasa (24/12) mengutip juru bicara perdana menteri.
Pendeklarasian Beblawi keluar beberapa jam setelah bom mobil mengguncang markas besar kepolisian negara di kawasan Mansoura, utara Kairo. Insiden itu membunuh 14 orang, sebagian besar polisi.
Puluhan orang lain terluka dalam serangan, kata pejabat dan petugas medis.
“Perdana Menteri Beblawi telah resmi menyatakan bahwa Ikhwanul Muslimin adalah organisasi teroris,” demikian MENA mengutip juru bicara PM, Sherif Showky.
Tudingan Ikhwan sebagai teroris, tanpa didasarkan bukti-bukti. Bahkan rezim kudeta as Sisi sendiri belum melakukan penyelidikan siapa dibalik pemboman itu.
Menarik untuk dicermati beberapa hari sebelum ledakan bom, direktur CIA melakukan kunjungan rahasia ke Kairo. Sebagaimana yang diberitakan www.middleeastmonitor.com(19/12), Direktur CIA, John Brennan, telah melakukan kunjungan singkat, yang merupakan kunjungan rahasia ke Kairo, Mesir mengutip surat kabar Al-Joumhouria.
“Brennan bertemu dengan sejumlah pejabat keamanan dan menegaskan kembali dukungan AS kepada Mesir dalam konfrontasi dengan organisasi-organisasi teroris,” kata surat kabar itu.
Al-Joumhouria mendasarkan berita itu pada informasi yang diberikan oleh “sumber informasi”. Dilaporkan pejabat CIA itu terbang keluar dari Kairo dengan pesawat militer, bersama dengan kontingen “besar” keamanan.
Surat kabar itu menggambarkan kunjungan itu sebagai “langkah menuju didapatkannya kembali hubungan AS-Mesir yang kuat.” Itu adalah kunjungan pertama ke Kairo oleh orang nomor satu CIA sejak kudeta pada tanggal 3 Juli.
Tiga peristiwa penting ini, tentu saja saling berkaitan: kunjungan CIA untuk mendukung Mesir menghadapi organisasi teroris, ledakan bom, dan tudingan Ikhwanul Muslimin sebagai organisai teroris.
Sudah bukan rahasia lagi julukan teroris digunakan untuk kelompok apapun terutama kelompok yang berbasis Islam sebagai legalisasi tindakan represif. Termasuk, bukan rahasia lagi, berbagai rekayasa seperti pemboman dilakukan oleh intelijen sendiri untuk menguatkan tudingan teroris.
Kedatangan CIA beberapa saat sebelum terjadinya ledakan bom dan tudingan teroris terhadap IM menunjukkan Amerika Serikat berperan penting dalam setiap kebijakan rezim kudeta Mesir. Termasuk memberangus kelompok-kelompok yang berbasis Islam.
Perdana Menteri Mesir, Hazem Beblawei mengeluarkan pernyataan resmi yang menyebut gerakan Ikhwanul Muslimin adalah organisasi teroris. Kantor berita negara, MENA, melaporkan pada Selasa (24/12) mengutip juru bicara perdana menteri.
Pendeklarasian Beblawi keluar beberapa jam setelah bom mobil mengguncang markas besar kepolisian negara di kawasan Mansoura, utara Kairo. Insiden itu membunuh 14 orang, sebagian besar polisi.
Puluhan orang lain terluka dalam serangan, kata pejabat dan petugas medis.
“Perdana Menteri Beblawi telah resmi menyatakan bahwa Ikhwanul Muslimin adalah organisasi teroris,” demikian MENA mengutip juru bicara PM, Sherif Showky.
Tudingan Ikhwan sebagai teroris, tanpa didasarkan bukti-bukti. Bahkan rezim kudeta as Sisi sendiri belum melakukan penyelidikan siapa dibalik pemboman itu.
Menarik untuk dicermati beberapa hari sebelum ledakan bom, direktur CIA melakukan kunjungan rahasia ke Kairo. Sebagaimana yang diberitakan www.middleeastmonitor.com(19/12), Direktur CIA, John Brennan, telah melakukan kunjungan singkat, yang merupakan kunjungan rahasia ke Kairo, Mesir mengutip surat kabar Al-Joumhouria.
“Brennan bertemu dengan sejumlah pejabat keamanan dan menegaskan kembali dukungan AS kepada Mesir dalam konfrontasi dengan organisasi-organisasi teroris,” kata surat kabar itu.
Al-Joumhouria mendasarkan berita itu pada informasi yang diberikan oleh “sumber informasi”. Dilaporkan pejabat CIA itu terbang keluar dari Kairo dengan pesawat militer, bersama dengan kontingen “besar” keamanan.
Surat kabar itu menggambarkan kunjungan itu sebagai “langkah menuju didapatkannya kembali hubungan AS-Mesir yang kuat.” Itu adalah kunjungan pertama ke Kairo oleh orang nomor satu CIA sejak kudeta pada tanggal 3 Juli.
Tiga peristiwa penting ini, tentu saja saling berkaitan: kunjungan CIA untuk mendukung Mesir menghadapi organisasi teroris, ledakan bom, dan tudingan Ikhwanul Muslimin sebagai organisai teroris.
Sudah bukan rahasia lagi julukan teroris digunakan untuk kelompok apapun terutama kelompok yang berbasis Islam sebagai legalisasi tindakan represif. Termasuk, bukan rahasia lagi, berbagai rekayasa seperti pemboman dilakukan oleh intelijen sendiri untuk menguatkan tudingan teroris.
Kedatangan CIA beberapa saat sebelum terjadinya ledakan bom dan tudingan teroris terhadap IM menunjukkan Amerika Serikat berperan penting dalam setiap kebijakan rezim kudeta Mesir. Termasuk memberangus kelompok-kelompok yang berbasis Islam.