Agar tak terjadi kesimpang siuran tentang berita pengusiran korban banjir dari konser Senandung untuk Negeri yang dilansir beberapa media, untuk itu saya merasa perlu untuk klarifikasi berita fitnah dari Jackson Kumaat untuk konser Senandung untuk Negeri.
Jackson Kumaat masuk Hard Rock Cafe (HRC) kira-kira jam 13an bersama sekitar 5 orang dengan memberi sumbangan di pintu masuk sebesar Rp 100.000 / orang.
Dia memilih duduk disisi luar HRC namun oleh petugas HRC diarahkan kedalam karena area itu sebentar lagi akan digunakan sebagai artist area untuk event Senandung untuk Negeri (SUN).
Di dalam ruangan HRC Jackson Kumaat dan rombongan kemudian menempati meja dekat pamggung. Mereka memesan makanan. Petugas HRC memberi info kepada beliau bahwa meja yg ditempatinya hanya bisa dipakai hingga jam 17 karena meja itu sudah ada yang memesan.
Yang memesan table adalah donatur yang akan menonton konser SUN. Kami sebagai penyelenggara event memang sudah memesan 13 meja di HRC yang diperuntukkan kepada para donatur yang membayar donasi sebesar RP 10 juta per table. Untuk itu bagi pengunjung HRC dengan sumbangan Rp 100.000 bisa menempati table reguler diluar yg sudah dipesan.
Rupanya Jackson Kumaat merasa tidak senang dengan info soal table oleh waiter HRC yang disampaikan kepadamya. Dia tetap ingin menempati table itu sampai acara berakhir, namun tidak mau menyumbang Rp 10 juta sesuai harga table karena merasa sudah menyumbang Rp 100.000,-
Jackson Kumaat mulai menunjukkan 'power' nya dengan berganti pakaian yang semula polo shirt putih, kemudian menggunakan jaket warna biru menyala berlogo KNPI.
Mungkin karena keinginannya tidak dipenuhi, beliau mengancam saya dan Sekjen KKKP Pdt Audy Wuisang,
"Liat saja akan saya muat di koran karena kalian mengusir korban banjir yang jauh-jauh datang dari Manado."
Saya dan Pdt Audy sempat berpandangam tidak memgerti karena saya sebagai panitia penyelenggara dari KOIN (Kepedulian Orang Indonesia) dan Pdt Audy sebagai perwakilan KKKP (Kerukunan Keluarga Kawanua Pusat) sebagai partner tidak pernah diberitahu kalau ada korban banjir yang datang langsung ke Jakarta special menonton acara ini. Kalau seandainya kami diberi tahu tentunya akan kami perlakukan sangat istinewa. Tapi masalahnya kami tidak tahu dan karena itu kami perlakukan mereka sama baiknya seperti penonton lainnya.
Namun saya sempat bertanya-tanya, apa benar ada korban banjir Manado mau mengeluarkan uang tiket Manado-Jakarta pp yang tidak murah hanya untuk menonton konser musik di Hard Rock Cafe ini?
Setelah mengeluarkan ancaman diatas, Jackson Kumaat keluar dari HRC bersama rombongannya. Selamg 1 jam kemudian ancamannya terbukti keluar di media Suara Pembaruan dan dikutip Beritasatu.com (http://m.beritasatu.com/nasional/164725-korban-banjir-manado-diusir-dalam-konser-amal.html). Secara sistematis kemudian beberapa media memuat berita fitnah itu.
Untuk diketahui, panitia dari pihak KKKP ternyata sudah menawarkan ID Card acara untuk Jackson Kumaat tapi beliau menolak.
Jackson Kumaat masuk Hard Rock Cafe (HRC) kira-kira jam 13an bersama sekitar 5 orang dengan memberi sumbangan di pintu masuk sebesar Rp 100.000 / orang.
Dia memilih duduk disisi luar HRC namun oleh petugas HRC diarahkan kedalam karena area itu sebentar lagi akan digunakan sebagai artist area untuk event Senandung untuk Negeri (SUN).
Di dalam ruangan HRC Jackson Kumaat dan rombongan kemudian menempati meja dekat pamggung. Mereka memesan makanan. Petugas HRC memberi info kepada beliau bahwa meja yg ditempatinya hanya bisa dipakai hingga jam 17 karena meja itu sudah ada yang memesan.
Yang memesan table adalah donatur yang akan menonton konser SUN. Kami sebagai penyelenggara event memang sudah memesan 13 meja di HRC yang diperuntukkan kepada para donatur yang membayar donasi sebesar RP 10 juta per table. Untuk itu bagi pengunjung HRC dengan sumbangan Rp 100.000 bisa menempati table reguler diluar yg sudah dipesan.
Rupanya Jackson Kumaat merasa tidak senang dengan info soal table oleh waiter HRC yang disampaikan kepadamya. Dia tetap ingin menempati table itu sampai acara berakhir, namun tidak mau menyumbang Rp 10 juta sesuai harga table karena merasa sudah menyumbang Rp 100.000,-
Jackson Kumaat mulai menunjukkan 'power' nya dengan berganti pakaian yang semula polo shirt putih, kemudian menggunakan jaket warna biru menyala berlogo KNPI.
Mungkin karena keinginannya tidak dipenuhi, beliau mengancam saya dan Sekjen KKKP Pdt Audy Wuisang,
"Liat saja akan saya muat di koran karena kalian mengusir korban banjir yang jauh-jauh datang dari Manado."
Saya dan Pdt Audy sempat berpandangam tidak memgerti karena saya sebagai panitia penyelenggara dari KOIN (Kepedulian Orang Indonesia) dan Pdt Audy sebagai perwakilan KKKP (Kerukunan Keluarga Kawanua Pusat) sebagai partner tidak pernah diberitahu kalau ada korban banjir yang datang langsung ke Jakarta special menonton acara ini. Kalau seandainya kami diberi tahu tentunya akan kami perlakukan sangat istinewa. Tapi masalahnya kami tidak tahu dan karena itu kami perlakukan mereka sama baiknya seperti penonton lainnya.
Namun saya sempat bertanya-tanya, apa benar ada korban banjir Manado mau mengeluarkan uang tiket Manado-Jakarta pp yang tidak murah hanya untuk menonton konser musik di Hard Rock Cafe ini?
Setelah mengeluarkan ancaman diatas, Jackson Kumaat keluar dari HRC bersama rombongannya. Selamg 1 jam kemudian ancamannya terbukti keluar di media Suara Pembaruan dan dikutip Beritasatu.com (http://m.beritasatu.com/nasional/164725-korban-banjir-manado-diusir-dalam-konser-amal.html). Secara sistematis kemudian beberapa media memuat berita fitnah itu.
Untuk diketahui, panitia dari pihak KKKP ternyata sudah menawarkan ID Card acara untuk Jackson Kumaat tapi beliau menolak.
No Comment.